The Storied Life of A.J. Fikry


Author: Gabriel Zevin

Entah cerita ini pantas disebut cerita misteri atau novel drama keluarga yang menye-menye. Satu hal yang kusukai, buku ini memuat tentang kehilangan sebuah barang, bunuh diri seorang perempuan dan ada polisi. Semacam cerita misteri atau detektif kesukaanku. Tapi, secara keseluruhan yang membuat saya menyukai buku ini adalah karena A.J Fikry adalah pemilik toko buku yang tentu saja membahas beberapa referensi buku menarik. 

Sesungguhnya awalnya, saya heran mengapa ada pemilik toko buku yang tidak menyukai begitu banyak genre buku. Lambat laun semua terjelaskan tentang toko buku itu. Saya juga bercita-cita ingin memiliki toko buku meskipun menurutku toko buku bukan surge seperti yang orang-orang selalu katakan, karena membutuhkan banyak uang untuk menikmati toko buku. Sebuah tempat dengan akses buku gratis lah yang bisa disebut surga.

Ceritanya sungguh mengalir, Gabrielle Zevin menulis dengan satu norma wajib dalam dunia menulis: membuat pembaca penasaran. Walaupun begitu, saya dengan mudah menebak siapa orang tua dari anak yang ditemukan oleh si pemilik toko buku. Saya juga membayangkan akan menjadi Amelia. Mungkin saja masa depanku pun seperti itu, marketing sebuah penerbit buku mayor yang mengunjungi berbagai toko buku untuk menawarkan beberapa buku yang menarik buatku. Eh, dan juga telat menikah. Bukannya pilih-pilih, tapi sama seperti Amelia, sulit menemukan laki-laki yang juga memiliki minat sama denganmu. Saya tidak mau menghabiskan hidup bersama laki-laki yang membahas sepatu apa yang harus dia beli untuk ke pesta reuni. Di saat bersamaan, saya sedang ingin bercerita tentang buku ilustrasi keluaran baru Alice In The Wonderland, judul buku yang mungkin tidak pernah dia dengar sepanjang hidupnya. Ada satu kutipan yang kusukai dalam buku ini.

Manusia mengemukakan kebohongan menjemukan tentang politik, Tuhan, dan cinta. Kita tahu segalanya yang perlu kau ketahui tentang seseorang dari jawaban atas pertanyaan ini. “Apa buku favoritmu?” (Hal. 95)

Meskipun saya bisa menebak si empu anak bayi temuan A.J. Fikry tapi saya tetap kaget saat tahu kenyataan yang diungkap oleh tokoh polisinya. Perasaan seperti ini saat membaca buku selalu menyenangkan. Saya juga membayangkan apa saya bisa menulis cerita yang bisa membuat orang menangis, kesal, kaget atau marah. Contohnya, serial The Game of Thrones, buku yang difilmkan selama bertahun-tahun dan membuat seseorang seperti ingin membunuh tokoh dalam seri itu. Mengapa tak ada yang repot-repot sih menerjemahkan bukunya ke dalam bahasa Indonesia? Tolong!

Buku ini cukup memberikan pencerahan buatku, tentang kehilangan, kasih sayang atau mengingatkan tentang bagaimana tololnya seseorang ketika jatuh cinta. Makanya kadang-kadang terpikir selama membaca, mungkin buku ini adalah genre novela drama yang termasuk dalam kategori “tidak terlalu menarik” di daftar genre buku bacaanku. Tapi saya suka sekali percakapan-percakapan A.J. Fikry dengan dirinya sendiri, termasuk hal-hal tentang membaca, sangat mencerahkan.

Kita membaca untuk mengetahui kita tidak sendirian. Kita membaca karena kita sendirian. Kita membaca dan kita tidak sendirian. Kita tidak sendirian. (Hal. 263)

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible

0 komentar: