Sulit membahasakan rindu yang tak berbilang.. meski kau
kini tak tergenggam..
Home
Archive for
Maret 2013
(hasil tugas menulis tentang benda kesayangan dari kakak hurufkecil..:p)
“nih.. buat
kamu’, kata Malik, pacar baruku. Hari itu tanggal 3 Juni tepat dua bulan aku
pacaran dengannya dan kerap bersamanya. Hampir tiap hari aku menghabiskan senja
dengannya. Mungkin saja bulan berkata lain bila aku bertemu dalam balutan
cahayanya, tapi matahari yang memegang saksi. Terang saja aku bahagia.
Kejutan-kejutan kecilnya adalah poin penting pertahanan cintaku untuknya. Kali
ini dia memberiku sebuah gelang dari tali prusit berwarna oranye. Sederhana
seperti penampilan Malik, gelang itu hanya terlilit dua kali tanpa embel
apapun. Dia lalu memasangkan gelang itu ditanganku. Tapi aku hanya menjawab
“Trims,” dengan kurang semangat dan hampir seolah tidak peduli. “tidak suka?”
tanyanya. “tentu saja saya suka semua bentuk cintamu padaku” kataku agak
berlebihan untuk menenangkannya. Lalu kami berdua tersenyum kecil. “kau tahu,
aku selalu membuat satu gelang setiap berhasil menaklukkan satu puncak. Gelang
yang kau gunakan itu aku buat di puncak kedua yang ku daki. Sedangkan yang aku
pakai adalah gelang yang ku buat di puncak pertama,’ katanya sambil menjulurkan
tangannya yang penuh berbagai macam model gelang. Aku melihat gelang berwarnya
oranye menyala diantara gelang-gelang ditangannya. Malik memang baru saja
pulang dari mendaki. Hari ini rasanya ingin menghambur memeluknya, rinduku
seperti air mata yang menumpuk dipelupuk mata untuk melesak jatuh. Tapi kami
berdua sedang dikampus, tidak mungkin aku memeluknya didepan semua orang.
Malik memang
seorang pendaki gunung ulung. Aku berkenalan dengannya ketika aku ingin
mengikuti “fresh camp’ yang hampir
tiap tahun diadakan mahasiswa pencipta alam di fakultasku. Tapi pada akhirnya aku
tidak jadi ikut. Agak lucu juga mengingat-ingat kejadian itu. Selain pendaki
ulung, dia juga sangat ulung menggulung seluruh perhatianku untuknya. Mendengar
ceritanya tentang gelang itu, aku tiba-tiba bersemangat. Segera saja benda itu
ku deklarasikan jadi barang kesayanganku. Gelang itu seperti memiliki sihir
yang memikat hati semua orang disekelilingku. Tidak hanya kakak perempuanku
yang mencoba merebut gelang itu dari tanganku, bahkan teman-temanku yang
kupikir tidak akan mau memiliki gelang prusit memaksaku memberikan gelang ini. Padahal
gelang ini sesederhana kertas putih tanpa tinta. Entahlah, mungkin cinta yang
kuat didalamnya mempengaruhi aura semua orang. Gelang itu terpasang di tangan
kiriku dan hanya seperti terlihat dua garis oranye mengelilingi pergelangan
tanganku. Sejak Malik memberikannya aku tak pernah melepasnya barang sedetik
pun, bahkan saat mandi sekalipun. Namanya juga benda kesayangan, tentu sulit
melepaskannya dari pandangan.
Malik dan aku
telah menjalin hubungan selama 4 bulan. Namun belakangan ini aku mulai sering
mengeluh padanya. Kekasih mana yang tidak kesal melihat pasangannya menaruh
perhatian pada perempuan lain yang baru saja dikenalnya. Saat ini Malik memang
sedang sering nongkrong di TimeLine twitternya sejak memiliki Ipad yang dibelikan
mamanya. Bahkan saat bersamaku pun kadang-kadang dia lebih sibuk mengomentari
status twitter teman-temannya dibanding berbicara denganku yang jelas-jelas
nyata dihadapannya. Jaman sekarang memang sulit mendefinisikan realitas. Tapi
keluhanku selalu tidak terjawab oleh Malik, dia kadang-kadang berpura-pura
tidak dengar atau mengalihkan perhatian ketika aku mulai mengeluh tentang hal
itu.
Pagi ini aku
murka, sedikit hampir menangis ditempat tidur. Pasalnya Malik telah keluar dari
redline hubungan kami berdua. Segera
saja aku kirimkan pesan singkat tentang putus hubungan dengannya lalu mematikan
ponsel. Semalam ketika Malik berkunjung kerumahku seperti biasa di Malam Minggu
yang telah menjadi rutinitasnya, Malik tiba-tiba meminjam ponsel BlackBerry-ku.
Ternyata Ipad-nya kehabisan baterai dan dia perlu akses internet, entahlah
untuk apa. Aku baru tahu ketika aku menyalakan ponselku pagi ini. Ternyata
semalam dia menggunakan aplikasi twitter di ponsel Blackberry-ku dan ternyata
akun Malik masih ter-log in. Memang
semalam ponsel itu mati tiba-tiba karena kehabisan baterai pula dan Malik belum sempat memutus akunnya. Karena rasa
penasaran yang besar akhirnya aku mengutak-atik akunnya. Maka bertemulah aku
dengan penyebab kekesalanku. Aku melihat direct
message-nya dengan seorang perempuan yang tak kukenal. Tentu saja isinya adalah
keakraban yang tidak wajar menurutku
karena aku sedang menjalin hubungan dengan Malik. Makin murkalah aku ketika
mendapat balasan singkat darinya yang berisi “terserah”
Maka aku
menangis menjadi-jadi dibalik bantalku. Sekitar setengah jam aku bermuram durja
sambil melihat-lihat gelang ditanganku. Aku mulai introspeksi diri, sebenarnya
kurang baik apa aku untuknya selama 6 bulan pacaran. Setelah air mataku puas
menenangkan hatiku, aku mulai berbenah dan kembali menjalani aktivitas seperti
biasanya. Mungkin Tuhan terlalu baik padaku sehingga dia tidak ingin aku
bersama dengan orang yang tidak baik, kataku dalam hati. Memang sulit
melepaskannya tapi aku juga pantang memohon kembali padanya karena aku yang
minta putus dan tidak merasa bersalah sedikitpun. Akhirnya setelah seminggu
putus dari Malik, hatiku tak galau lagi. Tapi putus bukan berarti aku
melepaskan semua barang-barang pemberiannya. Aku bahkan masih sering mengagumi
gelang oranye ditanganku, gelang itu tetap menjadi barang kesayanganku.
Belakangan ini
desas desus mengenai pacar baru Malik sampai ditelingaku. Tanpa bertanya kesana
kemari, berita itu disampaikan sendiri oleh teman-teman Malik yang juga
temanku. Sedikit kesal karena menurutku dia terlalu cepat menjalin hubungan
dengan orang lain lagi sejak putus dengan. Tapi sudahlah, mungkin dia memang
tidak pantas untukku. Meskipun kadang-kadang aku tergoda untuk menghubunginya
lagi, tapi aku selalu mencoba menahan diri. Pasalnya, kejadian kemarin itu
tidak cukup memotivasiku untuk membencinya. Kadang aku berpikir apakah aku yang
terlalu posesif.
Saat itu aku
berjalan menuju ruang kelas dari kantin, sedikit cepat aku melangkah karena
kulihat pintu sudah tertutup. Sepertinya dosenku kali ini datang lebih cepat. Tiba-tiba
seseorang menubrukku dari samping, perempuan itu sepertinya juga sedikit
terburu-buru keluar dari ruang kelas. Aku sempat mengumpat kesal namun kemudian
aku mendengar percakapan sesesorang dari balik pintu. “Gelang ini katanya dibuat
sama Malik waktu dia dipuncak kedua digunung yang dia daki minggu lalu. Keren kan?”
terdengar sayup-sayup suara cempreng seorang gadis dari balik pintu dalam
kelas. Kemudian aku menengok sedikit dan melihat gadis yang diceritakan
teman-temanku notabene adalah pacar Malik saat ini. Dia kemudian terdiam
sejenak melihatku, lalu membuang mukanya. Aku melihat gelang prusit berwarna
merah marun menggulung pergelangan
tangannya. Tanpa berkata apa-apa pada perempuan yang kutabrak, secepat kilat
aku menuju ruangan kuliahku dan mengambil gunting kecil dari tempat pensil
Maya, teman kelasku. Tanpa pikir panjang, aku menggunting gelang oranye yang
terpasang manis dipergelanganku.
(Old post : Friday, 15 July 2011 at 05:49) / No Special Intention
Kurapatkan jaketku sayang..
Aku tunggu di ruang ujung..
Detik telah menjajaki hari yg masih mmbayang
Aku senang
Layangkan kakimu
Ujung jalan mnunggu untuk bertemu
Hati-hati mesin menderu-deru melaju
Tanda domba-domba tlah hbis dihitung beribu
Kadang kita diam mempertanyakan hati masing-masing
Kadang kita bercengkrama nyaring
Diselip tikus berseliweran mencari remukan busuk mengering
Dalam lengang bersamamu makin rumit membunuh rasa sayang
Sambil menunggu Tuhan memanggil,aku semayamkan jasad sementara
Tapi kau hanya menepis kehausan lelah dengan duduk terjaga
Mengibas binatang-binatang nakal yg mengadu hidup mengangguku tanpa jera
Akhirnya aku menghadap ampunanMu dan kau meringkuk lega
Ahh.. Matahari meniupkan cahayanya mengecup mataku
Cerita mengalun lembut mendayu-dayu
Akhirnya hanya aku yang bernyanyi sendu
Dan kembali di peraduanMu
Kita tertawa diantara matahari yg mulai terlelap
Bisikan gigih untuk kemenangan esok terdengar sayup-sayup
Ingatkah kau anak-anak kecil yang beradu yg hanya punya tawa hidup?
Malam makin melesak menggegap
Kututup telingaku dengan semu merah
Jangan lagi kau bahas hatiku yang telah bercelah
Mari berpindah ditopik diri masing-masing tanpa lelah
Aku melepas rindu yang telah tertadah
Mari menutup hari
Bertepuk tangan dan angkat kaki
Meloncat menggapai atap-atap tinggi
Aku hanya mampu tergugu dipenghujung hari
#sakit kakiku
#slamat ulang tahun
Kurapatkan jaketku sayang..
Aku tunggu di ruang ujung..
Detik telah menjajaki hari yg masih mmbayang
Aku senang
Layangkan kakimu
Ujung jalan mnunggu untuk bertemu
Hati-hati mesin menderu-deru melaju
Tanda domba-domba tlah hbis dihitung beribu
Kadang kita diam mempertanyakan hati masing-masing
Kadang kita bercengkrama nyaring
Diselip tikus berseliweran mencari remukan busuk mengering
Dalam lengang bersamamu makin rumit membunuh rasa sayang
Sambil menunggu Tuhan memanggil,aku semayamkan jasad sementara
Tapi kau hanya menepis kehausan lelah dengan duduk terjaga
Mengibas binatang-binatang nakal yg mengadu hidup mengangguku tanpa jera
Akhirnya aku menghadap ampunanMu dan kau meringkuk lega
Ahh.. Matahari meniupkan cahayanya mengecup mataku
Cerita mengalun lembut mendayu-dayu
Akhirnya hanya aku yang bernyanyi sendu
Dan kembali di peraduanMu
Kita tertawa diantara matahari yg mulai terlelap
Bisikan gigih untuk kemenangan esok terdengar sayup-sayup
Ingatkah kau anak-anak kecil yang beradu yg hanya punya tawa hidup?
Malam makin melesak menggegap
Kututup telingaku dengan semu merah
Jangan lagi kau bahas hatiku yang telah bercelah
Mari berpindah ditopik diri masing-masing tanpa lelah
Aku melepas rindu yang telah tertadah
Mari menutup hari
Bertepuk tangan dan angkat kaki
Meloncat menggapai atap-atap tinggi
Aku hanya mampu tergugu dipenghujung hari
#sakit kakiku
#slamat ulang tahun
(Postingan lama: Wednesday, 22 September 2010 at 01:42)
aku stagnan
aku statis
menetap hampa
menatap kosong
cabutkan paku ini
tarik jejaring ini
kempiskan sepi ini
lepaskan aku
adakah dia?
hanya kabut tipis yg tak tertepis dari pelipisku
menutup pandanganku
padahal tak pernah kuundang datang
aku stagnan
aku statis
menetap hampa
menatap kosong
cabutkan paku ini
tarik jejaring ini
kempiskan sepi ini
lepaskan aku
adakah dia?
hanya kabut tipis yg tak tertepis dari pelipisku
menutup pandanganku
padahal tak pernah kuundang datang
(Postingan lama: 31 Desember 2009 pukul 10.17)
ketika risau menggelitik emosiku.
takkan jauh darimu akibatnya
karena
kau telah datang di satu malam berbintang
menggenggam hangat merasuk jemariku
aku terdiam ketakutan mencoba terlelap
maaf aku hanya seorang adinda
bukan seorang kekasih.
kietika aku kesakitan dimalam-malamku
tercipta lubang kesunyian mendalam
mencari peraduan meski sesaat
takkan ada yang mampu kecuali Tuhanku
yang kau kira dirimu.
maafkan ego yang bermain
hanya sedikit kesempatan
tapi kau mengulur penuh asa
dan itu sangkaku
dan kau akan menyadari
karmaku yang bermain
maafkan.
hampir saja aku yang terjerumus
tapi tunggulah
bukan menyombongkan pesonaku
aku dan pembalasanku yang menyeringai
seperti buas singa yang merasakan buah hatinya tersakiti
karena kau telah berani mempermainkan kata-kataku
yang sudah kau pertanyakan dimalam-malam lalu
seolah aku yang mempertanyakanmu
takkan ada yang mampu menutupi lubang yang telah kugali
kecuali cinta yang fitrah dari Allah
yang tanpa-Nya aku jahil
dan astagfirullah
kulantunkan maaf pada-Nya
karena menimbun lubang ini dengan dendam
tapi tunggulah
yang telah membuatku merasa menjadi matahari
yang membuatku merasa "superhuman"
akan datang malam-malammu
kerinduan mendalam menyiksa
yang entah kau merasa melangit
yang karena diriku yang kau rasa meng-asa
aku kan menunggu jengahmu.
ketika risau menggelitik emosiku.
takkan jauh darimu akibatnya
karena
kau telah datang di satu malam berbintang
menggenggam hangat merasuk jemariku
aku terdiam ketakutan mencoba terlelap
maaf aku hanya seorang adinda
bukan seorang kekasih.
kietika aku kesakitan dimalam-malamku
tercipta lubang kesunyian mendalam
mencari peraduan meski sesaat
takkan ada yang mampu kecuali Tuhanku
yang kau kira dirimu.
maafkan ego yang bermain
hanya sedikit kesempatan
tapi kau mengulur penuh asa
dan itu sangkaku
dan kau akan menyadari
karmaku yang bermain
maafkan.
hampir saja aku yang terjerumus
tapi tunggulah
bukan menyombongkan pesonaku
aku dan pembalasanku yang menyeringai
seperti buas singa yang merasakan buah hatinya tersakiti
karena kau telah berani mempermainkan kata-kataku
yang sudah kau pertanyakan dimalam-malam lalu
seolah aku yang mempertanyakanmu
takkan ada yang mampu menutupi lubang yang telah kugali
kecuali cinta yang fitrah dari Allah
yang tanpa-Nya aku jahil
dan astagfirullah
kulantunkan maaf pada-Nya
karena menimbun lubang ini dengan dendam
tapi tunggulah
yang telah membuatku merasa menjadi matahari
yang membuatku merasa "superhuman"
akan datang malam-malammu
kerinduan mendalam menyiksa
yang entah kau merasa melangit
yang karena diriku yang kau rasa meng-asa
aku kan menunggu jengahmu.
(Postingan lama: 18 Juli 2009, 18.50)
seperti balon
melayang bebas tak tentu arah.
rasa ini hidup dalam angan-angan.
melanglang buana tak terpegang
seperti balon.
elastis.
terbuat dari karet yang mampu tertarik ulur sesuka hati.
rasa ini tak karuan.
suka sekali.
marah sekali.
benci sekali
sayang sekali.
kesana kemari berlari merdeka berakibat.
seperti balon.
mengembang penuh mengisi kekosongan.
rasa yang bisa saja kempis atau meledak karena tak mampu membendung.
seperti balon
terpantul tak beraturan.
rasa terkendali.
terlepas liar.
seperti balon.
butuh hembusan tuk keelokan.
hembusan asa yang ingin berbalas.
tidak dengan tuba.
seperti balon.
jangan ada suara.
suara spontan mengerjapkan jantung.
itu melelehkan bersembab.,
pegang aku untuk kau simpan sendiri.
seperti balon
melayang bebas tak tentu arah.
rasa ini hidup dalam angan-angan.
melanglang buana tak terpegang
seperti balon.
elastis.
terbuat dari karet yang mampu tertarik ulur sesuka hati.
rasa ini tak karuan.
suka sekali.
marah sekali.
benci sekali
sayang sekali.
kesana kemari berlari merdeka berakibat.
seperti balon.
mengembang penuh mengisi kekosongan.
rasa yang bisa saja kempis atau meledak karena tak mampu membendung.
seperti balon
terpantul tak beraturan.
rasa terkendali.
terlepas liar.
seperti balon.
butuh hembusan tuk keelokan.
hembusan asa yang ingin berbalas.
tidak dengan tuba.
seperti balon.
jangan ada suara.
suara spontan mengerjapkan jantung.
itu melelehkan bersembab.,
pegang aku untuk kau simpan sendiri.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)