w

daydreamer

Home Archive for Juli 2015
“Kapan menikah?” semacam pertanyaan menakutkan bagi orang berusia diatas 25tahun yang belum memiliki pasangan. Menjelang hari raya Idul Fitri, meme-meme pertanyaan itu berseliweran di media sosial. Meme-meme ini sangat variatif dan kreatif. Cukup bikin ngakak juga kalau di lihat-lihat.







Saat memasuki dunia maya mencari meme-meme lucu , saya bahkan menemukan situs ini; Jawaban Jitu untuk Pertanyaan “Kapan Kawin?” http://chirpstory.com/li/240177. Mungkin teman-teman boleh mencobanya di lain waktu. Laman ini sepertinya agak telat memberi info.


Rupanya, beberapa tahun belakangan ini mudik hari lebaran diidentikkan dengan betapa menakutkannya pertanyaan anggota keluarga tentang menikah. Mudik menjadi terasa berat bagi sebagian jomblo di Indonesia.  


Menurut KBBI daring, mudik adalah berlayar pergi ke udik atau pulang ke kampong halaman. Tradisi mudik ini turun temurun terjadi di Indonesia. Meskipun jarang terjadi di belahan dunia lain, namun masyarakat Indonesia selalu menantikan tradisi mudik ramai-ramai. Mudik memang hanya terjadi menjelang hari raya, membludak ketika hari raya Idul Fitri. Lalu lintas menjadi padat dan tak jarang menimbulkan korban. Bagi seorang perantau, momen ini adalah momen membahagiakan sepanjang tahun. Setidaknya ada alasan untuk pulang ke pelukan orang tua. Terkadang saya lelah menjadi perantau, lelah hidup sendiri. Haha.


Hari raya memang momen paling tepat untuk berkumpul bersama keluarga. Tidak hanya kumpul keluarga, bahkan reuni atau acara halal bihalal. Banyak bertemu dengan teman-teman yang sudah memiliki keluarga baru. Pun acara pernikahan membludak pasca hari raya.


Nah, saat-saat ini tentu saja adalah waktu menanyakan kabar masing-masing. Saya pikir, pertanyaan soal kapan menikah saat hari raya itu memang sejak dulu ada. Sebenarnya bukan hanya pertanyaan kapan menikah, banyak pertanyaan lain seperti kabar, pekerjaan, sekolah dan aktivitas sehari-hari. Jadi ya, nikmati sajalah pertanyaan-pertanyaan itu. Memang sih, tujuan membuat meme itu sekadar lucu-lucuan tapi ada juga yang keterusan galau (opini yang tidak valid oleh penulis).  Jadikan itu sebagai motivasimu agar lebih keras berusaha cari jodoh. Haha.


Berawal dari saya diterima bekerja di PT. Bosowa Duta Energasindo. Letak perusahaan ini di Jalan Ir. Sutami, Kompleks Pergudangan Lantebung, tepatnya disamping jalan tol Makassar. Hampir setiap hari saya mengeluh soal banyaknya badai rintangan menuju tempat kerja. Saya harus  berangkat pagi-pagi sekali jika tidak ingin terlambat, belum lagi dengan jalanan jelek yang harus saya lewati. Maklum, saya hanya mampu membeli sepeda motor. Tetapi, selama musim hujan saya harus menumpang di mobil teman karena jalanan yang sering saya gunakan itu macet parah dan banjir. Menggunakan mobil terasa lebih mudah dan cepat karena melewati jalan bebas hambatan. Ahh, seandainya saya memiliki foto jalan samping tol saat banjir, agak ngeri juga. Bisa memakan waktu hampir tiga jam untuk lepas dari jalan Ir. Soetami ini jika sedang musim hujan. Bagi saya yang di awal bekerja jarang menggunakan sepeda motor agak takut melewati jalan ini karena harus melaju bersama kendaraan-kendaraan berat seperti truk atau eskavator. Sering terjadi kecelakaan karena jalanan yang rusak menyebabkan kendaraan yang berat jatuh kesamping. Sekarang sudah terbiasa dengan keadaan itu.





Akses angkutan kota cukup sulit di jalan ini. Sebenarnya ada trayek angkutan kota yang melewati jalan ini yaitu angkutan kota berkode G, namun harus menunggu cukup lama karena jumlah angkotnya sedikit. Kadang harus menunggu setengah sampai satu jam lamanya. Akhirnya, hampir semua pegawai yang bekerja di sekitar jalan Ir. Soetami ini harus menggunakan kendaraan pribadi jika tidak ingin terlambat berangkat kerja.  Kendaraan pun membludak di pagi hari kerja dan sore saat pulang. Sebenarnya, jika tidak padat kita bisa menempuh jalan ini selama kurang lebih dua puluh menit namun dibeberapa titik jalan ini mengalami kemacetan parah. Perjalanan yang ditempuh menjadi selama kurang lebih 40 menit karena jalan yang rusak.

Dibeberapa tempat hanya bisa dijangkau oleh kendaraan roda dua, sehingga roda empat mau tidak mau harus melewati jalan tol sebelum memasuki jalan Ir. Soetami. Angkot pun harus melewati satu gerbang pembayaran tol saat keluar dari jalan ini tetapi mendapat kompensasi tidak membayar tarif tol. Dibagian jalan ini, tepatnya di jembatan yang dilewati tol, jalanan begitu sempit hingga hanya bisa dilewati oleh satu motor. Disinilah puncak kemacetan yang paling menggerahkan bagi pengguna sepeda motor. Belum lagi terowongan tol yang sedikit sehingga sering terjadi pelanggaran oleh pengguna sepeda motor. Hal itu menambah kemacetan lalu lintas.

Terlihat beberapa pengguna sepeda motor melanggar arah jalan.

 
Puncak kemacetan lalu lintas di jembatan



Sudah banyak keluhan warga yang masuk di Kementrian PU mengenai jalan samping tol ini. Namun, sampai saat ini kurang sekali tindakan nyata dari pemerintah menanggulangi jalanan yang rusak. Banyak pula warga yang mengeluhkan hal ini pada pihak pengelola tol  yaitu Bosowa Bina Marga dan PT. JTSE. Pada saat pembuatan frontage road, jalan Ir. Soetami memang menjadi tanggungan PT JTSE. Tetapi sejak tahun 2009, Kementrian PU telah menyatakan jalan ini sebagai jalan nasional. Terkait dengan perbaikannya, masih dipertanyakan apakah jalan ini menjadi tanggung jawab pemerintah kota atau pemerintah provinsi. Hal itu menyebabkan jalan ini begitu terlantar dalam jangka waktu yang cukup lama. PT. JTSE pun berusaha meminimalisir kerusakan dengan melakukan penimbunan di beberapa titik yang rusak. Jalanan ini mudah rusak karena sistem drainase yang buruk, air menggenang dan menumpuk ketika musim hujan melanda. Padahal, kendaraan berat lalu lalang sekitar jalan ini membuat jalan semakin mudah rusak.

Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan berita bahwa pemerintah akhirnya berencana memperbaiki jalan Ir. Soetami[1]. Dari berita tersebut, diketahui bahwa Pemkot Makassar dan PT. JTSE telah bersepakat segera menyelesaikan proyek pengerjaan jalan ini. Sekitar bulan Juni, saya melihat mulai ada pergerakan perbaikan di sekitar jembatan jalan tol. Semoga saja perbaikan jalan ini segera diselesaikan.

Saya pun agak risih sebenarnya dengan tarif tol yang selangit. Apalagi tarif tol Makassar baru-baru saja naik pada bulan Juni lalu. Agak kasihan melihat supir-supir truk harus membayar tarif tol yang mahal padahal mereka juga harus memikirkan biaya makan dan rokok. Tentu saja mereka lebih memilih lewat di samping tol yang tidak berbayar, serusak apapun jalannya yang penting masih bisa jalan. Tapi, selama bulan Ramadhan pengelola tol memberikan diskon sehingga tarif tol turun hingga Rp. 1.500.
Mari berdoa agar infrastruktur kota Makassar akan segera membaik.





[1] http://www.kabarmakassar.com/metro/jtse-janji-segera-perbaiki-jalan-samping-tol-sutami.html


                Menjamurnya ruang-ruang kreatif yang disokong oleh anak-anak muda lokal memberi nafas baru bagi Makassar. Kota ini mulai menjadi bahan pembicaraan di Indonesia beberapa tahun belakangan. Sejak dulu sentra pengetahuan, kreatifitas dan modernitas berfokus di daerah Jawa dan sekitarnya. Hingga saat ini mulai bermunculan anak-anak muda Makassar berprestasi bahkan sampai taraf internasional. Hal itu tidak luput dari gerakan-gerakan ekonomi kreatif yang berbasis DIY atau handmade. Salah satunya adalah Delusi Stockroom.

                Berawal dari saya yang sedang mencari buku The Catcher In The Rye karya J.D. Salinger terbitan Banana Publisher. Saya ke perpustakaan KataKerja tapi ternyata bukunya telah habis. Namun, sepertinya saya sedang beruntung maka pesanan orang lain beralih ke saya. Tiba-tiba, teman saya yang bernama Ekbes cerita bahwa kamu juga bisa mendapatkan buku yang sama di Delusi Stockroom. Delusi ini bermarkas di jalan Kumala, lanjutnya. Saya pun sigap mendengar karena dibandingkan Katakerja, Delusi lebih dekat dari tempat tinggal saya. Foto-foto Delusi Stockroom juga dipasang Ekbess di akun instagramnya. Makin penasaran lah saya.

                Akhirnya, pada hari Minggu tanggal 5 Juli malam saya memutuskan kesana. Hari itu sebenarnya saya tidak punya rencana sama sekali. Sore hari menjelang buka, saya kopdar bersama teman-teman Klub Buku Makassar di Mama Toko Kue dan Es Krim. Kemudian kami bergosip tentang penulis dan hal-hal lain yang umum dibicarakan perempuan. Eits, namanya memang klub buku tapi kami tidak semembosankan kutu buku yang sejak dulu terstigma di pikiran anak-anak muda yang katanya “gaul”. Terpikir lah saya untuk mengunjungi Delusi Stockroom.

                Setelah janjian bertemu dengan dua orang yang berbeda, tepat pukul Sembilan saya melaju menuju Kumala. Saya tidak tahu persis alamatnya, chat ke Ekbess pun tak di balas. Hanya bermodal gambaran toko disamping masjid saya beranikan diri mencari tempat itu. Ternyata tempatnya sangat mudah didapat. Setelah lampu merah Andi Tonro, belok kiri lalu jalan terus sampai bertemu masjid di sebelah kiri. Nah, Delusi Stockroom tepat disamping kiri masjid itu. Sekitar 200m dari lampu merah.

                Saya sempat malu-malu karena banyak lelaki yang nongkrong didepannya. Tapi, karena rasa penasaran yang tinggi, saya nyelonong masuk saja ke tempat itu. Akhirnya sang pemilik bertanya standar pertanyaan penjual pada umumnya,”Cari apa ki'?” Saya hanya tersenyum dan bilang hanya ingin melihat-lihat saja soalnya penasaran dengan cerita teman. Lama kelamaan kami cerita panjang lebar, saya bilang kalau tempat ini diceritakan oleh Ekbess. Rupanya si Ekbess baru saja meninggalkan tempat itu sekitar 15 menit sebelum kedatangan saya. Mungkin kami belum jodoh bersua.


                Delusi Stockroom ini dimiliki oleh Fajri dan sudah berdiri selama tiga bulan. Dia menjual kaos-kaos hasil sablonannya sendiri. Buku-buku jualannya kebanyakan tidak tersedia di Gramedia. Jadi, Delusi ini bisa jadi salah satu referensi toko buku alternatif di Makassar. Fajri mengaku memesan buku-bukunya dari luar Makassar. Banyak juga kawannya yang menitipkan barang-barang jualannya, seperti tas atau purse handmade, termasuk craft milik Ekbess. Dia juga memajang media-media alternatif tapi sebagai bahan bacaan, bukan jualan. Semacam zine Penahitam dan Kontinum. Lelaki gondrong itu bercerita bahwa stock barang-barangnya masih sedikit namun orang bisa memesan sesuai keingininan. Jika ingin tahu lebih banyak tentang toko ini, bisa di cek di Facebook Fanpage Delusi Stockroom. Semoga sukses terus ya!


Ebony and Ivory live together in perfect harmony
Side by side on my piano keyboard, Oh Lord, why don’t we?

We all know that people are the same wherever we go
There is good and bad in everyone
We learn to live, we learn to give
Eachother what we need to survive together alive

Saya selalu suka mendengar lagu berjudul Ebony dan Ivory yang dinyanyikan oleh Paul Mccartney dan Stevie Wonder ini. Lagu ini lamat-lamat terdengar didalam kepalaku saat membaca kontroversi legalisasi pernikahan sesama jenis di berita online. Pun marak di media sosial. Tagar #LoveWins masih menjadi tren topik sampai sekarang pun pemasangan gambar pelangi sebagai dukungan atas keputusan tersebut. Walaupun sebenarnya Argentina 5 tahun lebih dulu melegalkan pernikahan sejenis namun diyakini bahwa putusan Mahkamah Agung AS ini lebih berdampak ke seluruh dunia. Selain secara politis adalah negara adidaya, AS juga berpengaruh besar di ranah sosial atau media. Ofcourse, who rule the media rule the world. Tak heran jika media sosial menggembar-gemborkan soal peraturan baru ini.

Saya hidup berdampingan dan dekat dengan beberapa orang yang gay dan lesbian. Entah saya harus merasa jijik atau tertawa saat mendengar pacar teman saya mendesah erotis dari dalam kamar. Sementara mereka hanya berdua didalam kamar, lalu apa lagi yang terpikir oleh saya? Hidup bersebelahan kamar dengan seorang lesbian memang membuat saya agak waspada dan segan mengakrabkan diri. Dia adalah sahabat teman saya yang kebetulan dipanggil menemani saya yang sendiri dirumah berkamar tiga. Terlalu banyak kekosongan untuk dihidupi. Kehidupan yang kurang represi itu membuatnya sering membawa pacar menginap. Maka dari itu, saya tak jarang mendengar gedebuk-gedebuk perkelahian, tawa ataupun desahan. Ternyata saya kesepian dikamar sendiri. Bahkan, saya agak waspada bila berpakaian minim di rumah, padahal dia juga muhrim. Dia sepertinya berperan sebagai laki-laki untuk pasangannya. Pasangan lesbian standar pada umumnya, teman saya yang sangat tomboy dan pacarnya yang feminim.

Saya pun sempat nongkrong beberapa kali dengan para lesbian muda di KFC Ratulangi. Banyak dari mereka yang berkenalan dan pacaran via Facebook. Mereka punya komunitas di media sosial, tempat saling berbagi dan berkenalan. Bahkan saya juga mendengar cerita-cerita gila para lesbian dari mereka. Love is blind, darling! Mereka rela berkorban apapun demi cinta pada pasangannya.
Lain lagi dengan sahabat saya yang berjenis kelamin laki-laki. Dia seorang gay, tapi kelakuannya didominasi oleh sifat jamaliyah. Saya memperlakukannya pun bak perempuan, bermanja, bergelayut dan bergosip. Meskipun kadang, orang-orang bilang kami sebaiknya pacaran saja. Tapi, perlu kalian tahu, kami tak mungkin bersama karena selera kami “sama”. HAHAHA. Sahabat saya ini tak jarang menunjukkan foto kemesraannya ataupun percakapannya dengan pasangannya. Rasa jijik mungkin ada tapi dia sahabat saya yang super baik. Dia pernah bercerita masa kelam penyebab dia menjadi seorang gay sampai sekarang. Dari dia pula kuketahui soal situs-situs chatting sesama gay atau kelakuan-kelakuan seksual aneh para pasangan sejenis.

Dari cerita-cerita mereka, kuketahui penyebab seseorang menyukai sejenis kebanyakan karena trauma. Entah trauma masa kecil atau sakit hati karena pasangan lawan jenisnya. Sebenarnya saya ingin bercerita lebih detail, namun saya sudah berjanji tidak menceritakannya pada siapapun. Biarlah menjadi rahasia pribadi masing-masing para penyuka sejenis itu.

Saya dihadapkan pada masalah apakah saya harus menentang atau mendukung. Sungguh absurd memilih antara kebenaran dan kebaikan. Saya meyakini bahwa menyuka sesama jenis tidak dianjurkan oleh agama, namun bukankah setiap agama bernafaskan perdamaian dan kebaikan. Dalam hal ini, apakah mungkin saya mengecam sahabat yang baik, bahkan lebih baik dari mereka yang menyebut diri “normal”. Saya kira, LGBT terus mempertanyakan tentang toleransi sesama manusia. Saat ini, adanya peraturan legalisasi pernikahan sejenis dan menjamurnya komunitas LGBT secara terang-terangan menunjukkan keeksisan mereka. Dunia bukan lagi terdiri dari hitam dan putih, namun merah hijau kuning biru nila ungu pun turut meramaikan interaksi sosial masyarakat. Tidak hanya lelaki dan perempuan yang berpasangan, namun ada lesbian, gay, biseksual dan transgender. Bukankah warna-warna lebih indah bila disandingkan bersama?
Langganan: Postingan ( Atom )

About Me

Foto saya
Weny Mukaddas
usual nerd girl with glasses
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2018 (6)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (2)
  • ►  2016 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
  • ▼  2015 (16)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ▼  Juli (4)
      • Mudik dan Kapan Menikah
      • Bebas Hambatan VS Penuh Hambatan
      • Delusi Stockroom
      • Pelangi-pelangi Alangkah Indahnya
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
  • ►  2014 (18)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2013 (12)
    • ►  November (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2009 (20)
    • ►  April (20)

LATEST POSTS

  • Menulis adalah Kekuasaan
    Menulis adalah cara melepaskan diri dari kegilaan, kata Agus Noor. Hujan memang sedang gila-gilaan menggedor loteng Rumata Art Space pada h...
  • diam
    Thursday, March 12, 2009 at 4:34pm | diam ??? diam slalu saja memupukkan kebingunganku diam tak pernah menyelesaikan kemelut ini...
  • Kutukan
    Seperti kutukan. Aku membiru, bimbang dalam diam Sementara hatiku semacam meriam. Kau mempekerjakan anggota tubuhmu secara bebas dan baha...
  • Pendongeng untuk Aufa dan Althaf
    Kak Nana, anak ekonomi. For sure! Setelah beberapa kali bertemu dia di beberapa event, belakangan saya tahu kalau dia anak ekonomi. Kebet...
  • Dear Tari, Perempuan Misterius yang Jatuh Cinta Pada Masa Lalu
        Saya mau ber- HIGH FIVE dengan Kak Tari. Ini kali kedua saya menengok blog -nya. Pertama, waktu dia me- review blog saya dan kedua ada...
  • Morning Overture
    Aku tak pernah lupa Saat itu air hujan dan matahari sedang berlomba menyambut pagi. Antara menyelami lautan dengan cahaya Atau tenggelam ...
  • Gelombang Alfa Penuntun Kearifan
    SUPERNOVA :  GELOMBANG Karya Dewi Lestari Penyunting : Ika Yuliana Kurniasih Yogyakarta: Penerbit Bentang (PT. Bentang Pusaka) ...
  • Eks Tapol
    Buku               : Mati Baik-Baik, Kawan. Pengarang       : Martin Aleida             Membaca Martin Aleida semacam tengge...
  • Selamat Ulang Tahun #2
    Tahukah kamu Semakin detil hal yang kuperhatikan dari dirimu Adalah bukti bahwa semakin besar rasa sayangku? Misalnya saat aku ba...
  • Rindu
    Hanya kepada langit biru, rindu berlindung menabuh kesetiaan para pecandu bergelung menunggu perjumpaan dengan kekasihnya, laut ses...

Social Media

Facebook  Instagram Linkedin Path Yahoo

Twitter

Tweets by @weenny_
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Copyright 2014 w.
Designed by OddThemes