The Bear Come Over The Mountain
Penulis : Alice Munro
Penerjemah : Anton WP
Pernerbit KATTA
Cetakan Pertama, 2014
64hlm; 13.5x20.5cm
Blurb:
“Kukira itu tak perlu dikhawatirkan,” kata
Fiona. “Mungkin aku hanya kehilangan ingatanku.”
Grant bertanya apakah dia telah meminum pil
tidur.
“Aku tak ingat,” katanya. Lalu dia minta
maaf karena terdengar begitu ceroboh. “Aku yakin tak meminum pil apapun. Mungkin
aku seharusnya meminum sesuatu. Mungkin vitamin.”
Vitamin tak membantu. Dia sering berdiri di
ambang pintu, bingung kemana dia akan pergi. Dia lupa menyalakan api ketika
memasak sayur atau lupa menaruh air di mesin pembuat kopi. Dia menanyakan kapan
mereka pindah ke rumah ini.
“Apakah tahun lalu atau tahun sebelumnya?”
“Dua belas tahun yang lalu,” kata Grant.
Review
Sebenarnya
cerita di buku ini adalah cerita pendek Alice Munro, salah seorang master
pembuat cerpen didunia, yang dibukukan. Menurut saya, sampul buku sangat tidak
cocok dengan isi buku, entah kenapa mereka membuat ilustrasi orang berjalan di
tengah lapangan bersalju. Menurut catatan dalam buku, ilustrasi sampul
mengikuti ilustrasi dari film “Away From Her”. Betul, cerita ini bahkan telah
difilmkan tapi judul asli cerpen ini adalah The Bear Come Over The Mountain.
Sama saja, judulnya pun tidak nyambung dengan isi cerita. Tapi saya yakin Munro
punya alasan tersendiri memberikan judul tersebut.
Terjemahan yang
menjengkelkan adalah pendapat pertamaku saat awal membaca buku ini. Saya perlu
membacanya sampai dua kali. Sebenarnya bukan karena cerita yang berat tapi
karena alur yang membingungkan. Kadang ada beberapa bagian yang seharusnya
cerita kedua tokoh tidak digabungkan. Maksud saya, ketika membicarakan
kehidupan pribadi satu tokoh, cerita tokoh lainnya ikut tercampur hingga
membingungkan. Semoga yang membaca review saya ini mengerti maksudnya. HAHAHA
Buku ini
bercerita tentang suami istri yang saling sayang meskipun tidak dikaruniai buah
hati. Namun sang suami harus menghadapi kenyataan bahwa sang istri mengidap
penyakit Alzheimer. Sang istri yang bernama Fiona pun akhirnya harus dibawa ke
tempat perawatan pengidap Alzheimer. Grant, sang suami, dengan sabar terus
mengunjungi istrinya walaupun istrinya bahkan tak mengingatnya lagi. Fiona
sempat menjalin hubungan asmara dengan sesama pasien dan Grant dengan sabar
mencoba menghibur Fiona ketika Aubrey, kekasih Fiona selama di rawat, harus
pergi meninggalkan Fiona.
Saya percaya
cerita ini begitu romantis sekaligus mengharukan. Penulis membiarkan pembaca
menebak-nebak apa yang terjadi tanpa perlu menjelaskan lebih lanjut. Cerita
tentang cinta yang bahkan waktu pun takkan mampu melawannya. Seandainya bukan karena
terjemahan yang menjemukan, bisa jadi saya menangis membacanya. Semoga nantinya
saya bisa membaca cerita dalam versi asli, bukan terjemahan.
“Aku gembira melihatmy,” kata Fiona, dengan
manis dan kaku. Dia mencubit cuping telinga Grant keras-keras.
“Kau bisa benar-benar pergi,” kata Fiona. “Benar-benar
pergi tanpa peduli sama sekali dan meninggalkan aku. Meninggalkanku.
Meninggalkan.”
Grant menempelkan wajahnya dirambut putih
Fiona, kulit kepala merah mudanya, tempurunga kepalanya yang manis.
Dia berkata, “Tak mungkin.”
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar