THE WHITE CASTLE
Penulis : Orhan Pamuk
Penerjemah : Fahmy
Yamani
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta
Cetakan I : April,
2007
ISBN :
979 – 1112 – 75 – 4
Blurb
Cerita ini berkisah tentang kehidupan
seorang asal Venesia yang konon menjalani kehidupan sebagai budak di Istanbul,
Turki, pada sekitar abad ke-17. Karena
pengetahuannya yang luas, sang Tuan yang sangat mirip dengannya berusaha dengan
segala cara menggali semua pengetahuan sekaligus menguras semua pengalaman
hidup si budak. Tuan dan budak harus mengarang banyak cerita ajaib dan
menafsirkan mimpi sultan mereka yang abdi, termasuk merancang sebuah senjata
pamungkas yang hebat. Ketika senjata aneh yang dianggap pembawa sial itu gagal
menaklukkan istana Putih, kehidupan mereka pun terancam, terutama di budak
kafir itu. Pertukaran jati diri diantara keduanya, yang terjadi disepanjang
kisah, diungkapkan dengan cara unik dan membuat pembaca bertanya-tanya apakah
menjalani kehidupan orang lain memang bisa membuat kita bahagia.
Review
Buku yang cukup berat untuk
dipahami. Orhan Pamuk sukses membuat saya berpikir tentang diri saya sendiri
karena membaca tulisannya. Seperti kebanyakan novel terjemahan lainnya yang sering
saya keluhkan, bahwa terjemahan kadang membuang sedikit emosi penulis
didalamnya. Namun, terjemahan The white Castle ini menurut saya cukup bagus,
sangat bagus malah. Novel ini bercerita tentang seorang budak yang benar-benar
merenung mengenai diri sendiri. Meskipun penulis tidak menyebutkan dengan jelas
apakah tokoh utama di buku ini hanya satu orang
atau memang dua orang, tapi menurutku si tokoh utama memang mempunyai
penyakit bipolar. Dia telah menciptakan
dua tokoh dalam hidupnya yang ia mainkan sendiri, sebagai budak dan sebagai
seorang yang merdeka. Dia banyak berkontemplasi mengenai kehidupannya.
Pada hari-hari itu aku adalah orang yang berbeda bahkan ibu, tunangan,
dan teman-temanku memanggilku dengan nama yang berbeda. Sesekali aku masih bisa
melihat sosok diriku yang dahulu dalam sejumlah mimpi, atau sosok yang sekarang
kuyakini sebagai sosok diriku yang dulu, dan aku terbangun bermandikan
keringat. …
Episode demi episode ia jalani mulai
ketika ia dipenjara di Istanbul karena
kapalnya dibajak oleh armada Turki. Kepintarannya itu membuat dia tidak dibunuh
oleh Sultan yang menahannya. Awalnya dia dikenal sebagai penyembuh di penjara,
hingga pada suatu hari Sultan sakit dan ia dengan sukses menyembuhkan sang
pemimpin muda itu. Kemudian seseorang
yang bernama Hoja yang sangat mirip dengannya, menyelamatkannya dari penjara dan menjadikannya budak. Mereka
pun mulai beraksi bersama.
Mereka banyak saling bertukarpikiran
dan jati diri. Nama mereka juga mulai cemerlang ketika mereka membuat kembang
api dalam perayaan kerajaan hingga mereka berhasil memberikan solusi atas wabah
yang menimpa rakyat Sultan. Mereka menjadi sering ke istana hingga ikut dalam
peperangan merebut wilayah. Namun, nama Hoja-lah yang kerap kali tampil saat
pekerjaan mereka berhasil, padahal pekerjaan itu sedikit banyak dilakukan oleh
sang budak. Keikutsertaan mereka dalam Perang karena obsesi Hoja pada
keberhasilan senjata yang ia ciptakan, ia selalu yakin akan ciptaannya itu bisa
membantu Sultan. Namun sayangnya senjata itu hanya membawa sial bagi mereka dan
Sultan seperti yang diramalkan oleh orang-orang disekitar mereka. Sultan sendiri kagum atas kecerdasan dan kemiripan mereka berdua.
Ketika melihat seorang pasien yang dirantai, aku tidak bisa menahan
diri untukbertanya kepada dokter tentang pasien itu: Pasien lelaki itu pernah
jatuh cinta, menjadi gila dan mengira bahwa dia itu orang lain seperti
kebanyakan orang gila pada umumnya.
Saya sangat suka pada bab dimana
tokoh dalam cerita ini harus menuliskan tentang diri mereka sendiri. Ketika mereka mulai mempertanyakan diri sendiri, menuliskan satu bab cerita dengan judul “Mengapa
Aku adalah Aku” dan alhasil cerita yang tertulis adalah hanya cerita mengenai
orang-orang disekelilingnya. Kukira itu terjadi pada diri saya, kerapkali. Banyak
sekali pertanyaan-pertanyaan mengenai perenungan tentang diri sendiri yang
didapatkan dalam buku ini.
Tentu saja seseorang tidak bisa menemukan siapa dirinya dengan hanya
memikirkannya, atau hanya dengan melihat ke cermin; aku mengatakannya karena saat
itu aku marah hingga ingin membuatnya kesal. Namun, tampaknya dia tidak
percaya: dia mengancam untuk mengurangi jatah makanku, bahkan mengunciku
didalam kamar jika aku tidak membuktikan keberanianku. Aku harus mencari tahu
siapa diriku dan menuliskannya. Dia akan melihat bagaimana cara aku
melakukannya, akan melihat seberapa banyak keberanian yang kumiliki….
“Sekarang kamu memandang ke sekelilingmu,persis seperti yang dilakukanny.
Jadilah diri sendiri!” Jika aku tertawa karena terkejut, dia melanjutkan,”Nah,
begitu lebih baik, bravo! Apa kalian tidak pernah becermin bersama-sama?” Lalu,
dia bertanya siapa diantara kami berdua yang bisa menjadi diri sendiri saat kami
menatap cermin.
Saya juga sempat merasa bosan
membaca buku ini di akhir-akhir cerita hingga saya percepat karena tidak
mencapai klimaks apapun. Ceritanya hanya berputar-putar mengenai kehidupan dua
tokoh ciptaan itu saja yang berusaha menyenangkan Sultan. Namun yang membuat
saya tidak berhenti membacanya adalah karena rasa penasaran tentang akhir hidup
si tokoh cerita ini.
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar