IL POSTINO
IL POSTINO
Antonio Skarmeta
Penerjemah : Noorcholis
Penerbit Akubaca
Jakarta, September 2002
171 hlm
Blurb :
Bagai sekuntum
bunga pada wanginya
Aku terikat pada
kenangan samar tentangmu.
Aku hidup dengan
perih yang mirip luka.
Jika kau sentuh
aku, kau kan merusakku hingga mustahil diperbaiki.
Review :
Kukira Antonio
Skarmeta tergila-gila pada puisi-puisi Pablo Neruda. Dia mengabadikan Neruda
dalam novelnya ini meskipun tidak secara detail. Maksudku, siapa yang tidak
jatuh cinta pada Neruda? Dia sering menulis puisi-puisi yang berbau politis
sekaligus surealis dan membuatnya menjadi pemenang Nobel. Puisi-puisi cinta dan
erotiknya pun memikat.
Novel ini berlatar
kisruh politik di Republik Chile dimana Pablo Neruda sempat di calonkan menjadi
presiden. Neruda yang juga seorang komunis akhirnya memberikan suaranya kepada
Salvador Allende. Namun, tokoh utama sebenarnya bukan Pablo Neruda melainkan
seorang bocah yang bekerja sebagai tukang pos bernama Mario Jimenez.
Saya sempat
menduga-duga bahwa Antonio Skarmeta sebenarnya menggambarkan kekagumannya pada
Pablo Neruda lewat Mario Jimenez.
Selalu begitu setiap hari: dimulai dari
pertemuan amat singkat dengan si penyair hingga matahari surut dan tiba waktu
tidur, sang tukang pos akan selalu membawa-bawa buku Elementrial Odes-nya
dengan harapan suatu hari kelak mampu mengumpulkan keberanian yang di perlukan.
(hlm. 25)
Demi kesetiaan mutlaknya pada sang penyair,
ia bersumpah tidak akan bunuh diri sebelum membaca lembar demi lembar dari tiga
ribu halaman buku yang dihadiahkan kepadanya. (hlm. 50)
Sebagai tukang
pos, Mario Jimenez hanya bertugas mengantarkan surat pada satu orang, yaitu
Pablo Neruda. Kebahagiaannya membuncah ketika tahu tugasnya walaupun tidak
dibayar sesuai dengn kesulitan pekerjaannya itu. Hari demi hari dia selalu
berusaha membuka pembicaraan dengan sang penyair. Sang penyair yang notabene seorang
yang tidak acuh tentu saja merasa terganggu dengan si bocah. Namun pada
akhirnya mereka akrab sampai Pablo Neruda di nobatkan menjadi wali mempelai
saat pernikahan Mario dengan Beatriz Gonzales.
Saat pemilihan
Presiden pun Mario tetap mempertahankan kebaikan nama Neruda meskipun Neruda
harus meninggalkan kota mereka karena tetek bengek arus politik di Chile. Hampir
semua orang didaerahnya pun memilih lawan politik Neruda karena merasa bahwa
penyair tidak pantas menjadi presiden.
Neruda adalah penyair besar. Mungkin
terbesar dari sekalian penyair malah. Tapi jujur saja, Bapak-bapak, tak bisa
saya bayangkan beliau sebagai presiden Chile. (hlm. 52)
Terinspirasi dari
Neruda, Mario pun mulai mebuat puisi-puisi indahnya sendiri dan mempersembahkannya
pada perempuan yang dicintainya. Mario juga kerap membacakan puisi Neruda untuk
Beatriz pun didepan khalayak ramai pada acara politik-kebudayaan Partai Sosialis
San Antonio. Tak ada keraguan bahwa perempuan manapun akan meleleh dibacakan
puisi Neruda, aku pun.
“Tidak, Ibu! Ia menatapku dan kata-kata itu
meluncur dari mulutnya bagai burung-burung.” (hlm.61)
Telanjang engkau sesederhana sebelah
tanganmu,
halus, duniawi, mungil, bulat, tembus
pandang, gurat apel, lingkar bulan
Telanjang engkau sehalus terigu.
Telanjang engkau bagai malam di Kuba yang
biru
Merambat sulur-sulur anggur dan mengerjap
bintang-bintang di rambutmu.
Telanjang engkau begitu indah dan begitu
kuning
bagai musim panas di gereja bersepuh emas.
(hlm. 76)
Mario dan
Beatriz pun akhirnya menikah setelah ditentang sekuat tenaga oleh Ibu mempelai
wanita. Sesuai janjinya, Pablo Neruda menjadi wali mempelai. Setelah itu, Pablo
pun berangkat ke Perancis karena ditunjuk oleh Presiden Salvador Allende
menjadi duta besar disana.
Sang penulis
novel ini, Antonio Skarmeta, dengan apik menceriterakan kehidupan Mario Jimenez
dan istri sampai mereka mempunyai anak bernama Pablo Neftali. Di sela-sela itu,
Antonio tetap menyertakan kondisi politik di Chile. Sampai akhirnya Presiden
Allende dibunuh dan Pablo Neruda pun menjemput kematiannya.
Aku pulang ke laut dibungkus langit,
kesenyapan antara dua gelombang
menciptakan ketegangan wingit,
kehidupan mati, darah berhenti
lalu gerak baru mengembang
dan suara ketidakberhinggaan kembali
kumandang
(hlm. 142)
Il Postino telah
diterjemahkan lebih dari 25 bahasa. Terjemahan bahasa indonesianya bagus, pun
sampul dengan kutipan puisi cukup menarik.
Novel ini sangat
saya rekomendasikan bagi para pecinta puisi dan penyair di dunia.
Kalimat-kalimat yang menggambarkan tentang puisi begitu menggugah.
“Bukan, Pak. Puisi itu tidak aneh. Yang aneh
adalahg apa yang saya rasakan ketika anda mengucapkannya.”(hlm. 33)
Beberapa puisi
Pablo Neruda pun dicantumkan dalam novel ini. Seperti saat perselisihan Beatriz
dan ibunya mengenai Mario Jimenez.
“Aku menyukai cinta para pelaut yang mencium
lalu pergi. Mereka tak pernah meninggalkan janji, mereka tak pernah kembali.”
“Aku menyukai cinta yang berkubang dalam
ciuman, ranjang dan roti.”
“Aku tak menginginkannya, kasihku, tiada
apapun mengikat kita, tiada apapun menyatukan kita.”
(hlm. 62-63)
Buku ini juga
dilengkapi dengan biografi singkat Pablo Neruda serta pidato pemenangan
Nobelnya. Semoga sang penyair megah ini selalu tercurahkan keharuman surga, tanda
cinta dari para pemujanya.
“Sebagai kesimpulan, saya ingin mengatakan
kepada semua orang yang berniat baik, kepada para pekerja, dan kepada para
penyair bahwa seluruh masa depan sudah diekspresikan oleh Rimbaud dalam satu
kalimat diatas: hanya dengan kesabaran yang membara kita akan menaklukkan kota
agung yang akan memberikan cahaya, keadilan, dan martabat bagi seluruh manusia.”
“Dengan demikian puisi tidak akan
dilantunkan dalam kesia-siaan.”
(hlm. 119)
P.s :
Terimakasih Kak Aan, telah merekomendasikan buku ini untuk di baca.
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar