w

daydreamer

Home Archive for September 2017


Penting bagi seseorang untuk mengatakan keberpihakannya: Di mana, mengapa, atau saat ia sekadar berasumsi dan cenderung bias. Semacam pengajuan pendapat seorang anggota dalam satu kelompok. Maka, saya akan berbicara tentang membaca. 
Membaca fiksi atau membaca untuk kesenangan adalah salah satu hal penting yang bisa dilakukan. Saya akan membuat permohonan yang berapi-api kepada orang untuk mengerti: apa itu perpustakaan dan pustakawan. Lalu, memohon agar mereka mempertahankan kedua hal tersebut.
Pilihan saya bias, jelas dan sangat; saya adalah seorang penulis, kadang menulis fiksi. Saya menulis untuk anak-anak dan dewasa. Selama tiga puluh tahun, saya mencari penghasilan melalui kata-kata, Kebanyakan tentang membuat hal-hal dan menuliskannya. Tentu saja, saya ingin agar orang-orang membaca; melahirkan perpustakaan dan pustakawan; atau membantu menumbuhkan kecintaan terhadap membaca dan tempat-tempat membaca.
Jadi saya bias sebagai seorang penulis. Tetapi saya lebih bias sebagai pembaca. Bahkan, lebih bias lagi sebagai seorang warga Inggris.
Dan saya di sini untuk membicarakan hal ini, malam ini, di bawah naungan Reading Agency; sebuah misi amal yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang, dengan membantu mereka untuk percaya diri dan semangat membaca. Mendukung program literasi, perpustakaan dan gerak nyata untuk mendorong kegiatan membaca. Karena, mereka berkata, semuanya berubah ketika kita membaca.
Dari perubahan dan kegiatan membaca itulah, saya hadir malam ini. Saya ingin mengobrol tentang apa yang bisa dilakukan dengan membaca dan apa manfaatnya.
Saya pernah berada di New York dan mendengarkan pembicaraan tentang membangun penjara pribadi--sebuah pertumbuhan industri yang pesat di Amerika. Industri penjara tersebut membutuhkan rencana pertumbuhan masa depannya--seberapa banyak sel yang mereka butuhkan? Berapa banyak tahanan yang akan ada 15 tahun dari sekarang? Mereka memprediksinya dengan mudah. Menggunakan algoritma sederhana berdasarkan pertanyaan berapa persen dari anak umur 10 dan 11 tahun yang buta huruf. Dan tentu saja, termasuk mereka yang tidak bisa membaca untuk kesenangan.
Ini bukan tentang hubungan satu hal dan yang lainnya: kita tidak bisa bilang bahwa masyarakat literasi tidak melakukan tindakan kriminal. Tetapi, kedua hal tersebut betul-betul memiliki korelasi yang nyata. Beberapa dari korelasi tersebut datang dari sesuatu yang sangat sederhana: masyarakat melek huruf yang membaca fiksi.
Fiksi memiliki dua kegunaan. Pertama, gerbang untuk kecanduan membaca. Dorongan untuk mengetahui kejadian berikutnya, keinginan membalik halaman, kebutuhan untuk melanjutkan, walaupun hal itu sulit, karena seseorang dalam masalah dan kita harus tahu bagaimana akhirnya, hal itu adalah dorongan yang nyata. Hal itu mendorongmu untuk mempelajari kosa kata baru, gagasan baru, untuk tetap melanjutkan dan menemukan bahwa membaca adalah hal yang menyenangkan. Sekali kita mempelajarinya, kita berada di jalan untuk membaca segalanya. 
Membaca adalah kunci. Beberapa tahun lalu, hadir wacana bahwa kita hidup di dunia post-literasi, di mana kemampuan untuk membuat kata-kata yang masuk akal sangat berlebihan. Tetapi, itu sudah jauh terlewati. Kata-kata kini lebih penting dari yang pernah ada. Kita menjejaki dunia dengan kata-kata, dan karena dunia tergelincir ke media digital, kita perlu mengikuti, untuk berkomunikasi dan memahami apa yang kita baca. Orang-orang yang tidak bisa mengerti satu sama lain tidak mampu bertukar gagasan, tidak bisa berkomunikasi, dan program terjemahan tidak banyak berubah.
Cara yang paling sederhana untuk memastikan peningkatan jumlah anak-anak melek huruf adalah mengajari mereka membaca, dan menunjukkan bahwa membaca adalah kegiatan yang menyenangkan. Secara sederhana berarti menemukan buku yang mereka sukai, memberikan akses untuk itu, dan membiarkan mereka membacanya.
Saya berpikir tidak akan ada buku yang buruk untuk anak-anak. Sekarang dan nanti, hal itu menjadi tren di antara orang-orang dewasa untuk menjadi bagian dari buku anak-anak. Entah itu genre atau seorang penulis. 
Lalu, mereka memberitahukan tentang buku yang buruk atau buku yang seharusnya tidak dibaca anak-anak. Saya menyaksikannya beberapa kali; Enid Blyton dikatakan sebagai penulis yang buruk, juga RL Stine, dan beberapa lainnya. Komik dicela sebagai pendorong buta huruf.
Omong kosong. Hal itu adalah keangkuhan dan kebodohan. Tidak ada penulis yang jelek bagi anak-anak, karena setiap anak berbeda. Mereka bisa menemukan cerita yang mereka butuhkan, dan membawa diri mereka ke dalamnya. Ide lama tidak basi dan usang, sebab banyak cerita yang menjadi pengalaman pertama bagi mereka. Jangan menakut-nakuti anak-anak untuk membaca hanya karena merasa mereka membaca hal yang salah. Fiksi yang kita benci adalah rute ke buku yang mungkin kita pilih. Dan, semua orang punya selera yang berbeda, bukan?
Pemahaman orang dewasa bisa dengan mudah menghancurkan kesenangan membaca anak-anak: menghentikan mereka membaca hal-hal yang mereka senangi atau memberi bacaan-bacaan yang kita suka--bacaan layak tetapi membosankan. Abad ke-21 setara dengan meningkatkan literasi Victorian. Kita akan berakhir dengan generasi yang meyakini bahwa membaca itu tidak keren, buruk, dan tidak menyenangkan.
Kita butuh anak-anak kita untuk menaiki jenjang membaca; apapun bacaan yang mereka nikmati akan memajukan mereka, anak tangga demi anak tangga, dalam literasi. (Juga, jangan lakukan apa yang penulis ini lakukan ketika anak gadisnya yang berumur 11 tahun membaca RL Stine, yang juga mendapatkan kopian buku berjudul Carrie oleh Stephen King, bahwa kalau menyukai ini maka akan menyukai itu juga! Holly tidak membaca apapun selain cerita-cerita aman tentang pemukim di padang rumput selama masa remajanya, dan masih membelalak ketika nama Stephen King disebutkan).
Hal kedua yang fiksi lakukan adalah membangun empati. Ketika kita menonton TV atau film, kita melihat hal-hal yang terjadi pada orang lain. Fiksi prosa adalah sesuatu yang kita bangun dari 26 huruf dan sekumpulan tanda baca, dan masing-masing dari kita, menggunakan imajinasi sendiri, menciptakan dunia dan mengisinya dengan orang-orang dan melihat melalui mata orang lain. Kita kemudian merasakan sesuatu, mengunjungi tempat-tempat dan dunia yang tidak pernah kita ketahui. Kita belajar bahwa semua orang di luar sana adalah diri kita sendiri, tentu saja. Kita menjadi orang lain, dan ketika berputar kembali ke dunia sendiri, kita tiba-tiba saja berubah.
Empati adalah alat untuk membangun orang-orang dalam kelompok agar kita lebih dari sebuah obsesi diri sendiri.
Kita juga menemukan sesuatu yang penting untuk membuat jalan bagi diri sendiri. Semisal: Dunia tidak semestinya seperti ini. Semua hal bisa atau mungkin harus berubah.
Saya berada di China tahun 2007, saat fiksi-ilmiah dan  konvensi fantasi disetujui untuk pertama kalinya dalam sejarah China. Pada satu titik, saya bertanya pada seorang pejabat, Mengapa? Bukankah Fiksi-ilmiah telah lama disetujui. Apa yang berubah?
Sederhana saja, katanya. Orang-orang Cina sangat brilian membuat hal-hal jika orang-orang lain membawakan mereka rencana-rencana. Tetapi mereka tidak berinovasi dan menciptakan. Mereka tidak berimajinasi. Jadi mereka mengirimkan delegasi ke Amerika Serikat, Apple, Microsoft, Google dan mereka menanyai orang-orang di sana yang menciptakan masa depan. Mereka menemukan bahwa mereka semua membaca fiksi-ilmiah ketika remaja.
Fiksi mampu menunjukkan dunia yang lain. Hal itu bisa membawa ke tempat-tempat yang tidak pernah kita kunjungi. Sekali mengunjungi dunia lain, kita seperti memakan buah ajaib. Kita tidak akan pernah lagi hanya menjadi bagian dari dunia tempat kita tumbuh. Kita mungkin akan kecewa. Namun, perasaan kecewa adalah hal yang baik. Orang-orang yang kecewa mampu memodifikasi dan mengimprovisasi dunia mereka: membuatnya lebih baik, membuatnya berbeda.
Selagi kita berada dalam pokok persoalan ini, saya ingin mengatakan beberapa hal tentang eskapisme. Saya mendengar istilah itu dilarang seperti hal itu adalah hal buruk. Jika saja fiksi-eskapis adalah candu yang murahan digunakan oleh pengacau, orang bodoh, dan penipu. Lalu fiksi yang berharga, untuk orang dewasa dan anak-anak, hanya fiksi yang meniru-niru saja, bercermin pada yang paling buruk di dunia ini ditemukan pembaca dalam diri mereka sendiri.
Jika kita terperangkap dalam situasi yang mustahil, di tempat yang tidak menyenangkan, dengan orang yang tidak kita senangi, lalu seseorang datang mengajak ke tempat pelarian sementara, mengapa kita tidak menerimanya? Dan fiksi-eskapis adalah fiksi yang membuka pintu, menunjukkan cahaya matahari di luar sana, memberikan tempat di mana kita terkendali, bersama orang-orang yang kita inginkan (dan buku adalah tempat yang nyata, jangan membuat kesalahan dengan itu); dan yang paling penting, selama pelarian tersebut, buku juga bisa memberi kita pengetahuan tentang dunia dan keadaan yang sulit, memberi senjata, pelindung diri: hal nyata yang bisa kita ambil kembali ke dalam penjara. Keahlian, pengetahuan, dan alat yang bisa kita gunakan untuk pelarian yang sebenarnya.
Seperti yang dikatakan oleh JRR. Tolkien, hanya sipir yang mengancam atau menentang pelarian.
Jalan lain untuk menghancurkan anak kecil yang suka membaca, tentu saja, adalah memastikan tidak ada buku di sekelilingnya. Dan tidak membolehkan mereka ke manapun untuk membaca buku. Saya beruntung. Saya memiliki perpustakaan lokal bagus yang berkembang. Saya memiliki orang tua yang bisa dibujuk membawa saya ke perpustakaan saat perjalanan liburan musim panas, dan dengan pustakawan yang tidak berpikiran sempit – tidak menemani seorang anak laki-laki menuju perpustakaan anak-anak setiap pagi dan memberikan kartu katalog, mencari buku tentang hantu atau sihir atau roket-roketan, tentang vampir atau detektif atau penyihir atau keajaiban-keajaiban.
Dan ketika saya selesai membaca bagian anak-anak di perpustakaan, saya memulai di bagian dewasa.
Mereka adalah pustakawan-pustakawan yang baik. Mereka menyukai buku dan menyenangi buku-buku yang dibaca. Mereka mengajari saya cara memesan buku dari perpustakaan lain. Mereka tidak pernah angkuh tentang apapun yang saya baca. Mereka hanya menyukai ada anak bermata besar yang suka membaca. Mereka berbicara kepada saya tentang buku-buku yang saya baca, membantu menemukan seri buku yang lain. Mereka memperlakukan saya seperti pengunjung lain – tidak lebih dan tidak kurang – yang artinya mereka menghargai saya. Saya tidak diperlakukan seperti anak yang berusia delapan tahun sebagaimana biasanya.
Tetapi perpustakaan adalah tentang kebebasan. Kebebasan membaca, kebebasan ide, kebebasan berkomunikasi. Perpustakaan adalah persoalan tentang pendidikan (bukan tentang sebuah proses di mana kita akan selesai saat meninggalkan sekolah atau universitas), tentang hiburan, tentang membuat lingkungan nyaman, dan tentang mengakses informasi. 
Saya khawatir bahwa di abad 21, orang-orang salah pengertian tentang perpustakaan dan tujuannya. Jika kita menganggap bahwa perpustakaan adalah setumpuk buku di rak, itu akan sangat mudah terlihat kuno dan usang di dunia yang kebanyakan (meski tidak semua) buku-buku hanya hadir secara digital. Pendapat seperti itu kehilangan poin yang sangat fundamental.
Saya merasa bahwa hal itu seharusnya dilakukan dengan informasi yang alami. Informasi memiliki nilai dan informasi yang benar memiliki nilai lebih. Dari sejarah manusia, kita hidup dalam kekurangan informasi, dan kebutuhan akan informasi selalu menjadi hal yang penting dan selalu berharga: kapan menanam, di mana mencari sesuatu, peta, sejarah, dan cerita-cerita – semua itu selalu menjadi bahan baku untuk makanan dan perusahaan. Informasi adalah hal yang bernilai, dan mereka yang memiliki atau membuatnya bisa mendapatkan keuntungan.
Beberapa tahun belakangan, kita berpindah dari ekonomi informasi langka ke satu kendali informasi yang melimpah. Menurut Eric Schmidt dari Google, setiap dua hari, ras manusia membuat banyak informasi yang kita lakukan dari awal peradaban sampai tahun 2003. Kira-kira sebanyak lima exobyte data per hari. Bagi mereka yang berhitung, tantangannya menjadi: bukan menemukan tanaman langka yang tumbuh di gurun pasir, tetapi menemukan tanaman spesifik yang tumbuh di hutan. Kita akan membutuhkan bantuan menemukan informasi yang sebenarnya kita butuhkan.
Perpustakaan adalah tempat orang mencari informasi. Buku hanyalah petunjuk dari informasi yang menggunung: mereka ada, dan perpustakaan bisa menyediakan secara bebas dan resmi dengan buku. Lebih banyak anak-anak yang meminjam buku dari perpustakaan daripada sebelumnya – semua jenis buku: koran, digital dan audio. Tetapi perpustakaan juga, sebagai contoh, tempat di mana orang-orang, yang mungkin tidak memiliki komputer, yang mungkin tidak memiliki koneksi internet, bisa masuk ke dunia maya tanpa membayar apapun: sangat penting ketika kita mencari dan mendaftar pekerjaan atau mencari keuntungan untuk bermigrasi secara eksklusif di dunia maya. Pustakawan bisa membantu orang-orang ini untuk menjejaki dunia tersebut.
Saya tidak percaya bahwa semua buku akan atau harus bermigrasi ke layar: seperti yang Douglas Adams katakan padaku (lebih dari 20 tahun sebelum Kindle berubah), buku fisik seperti hiu. Hiu adalah binatang tua: ada hiu dalam lautan sebelum dinosaurus. Dan alasan mengapa masih ada hiu karena hiu lebih baik menjadi hiu daripada menjadi yang lainnya. Buku fisik itu kuat, sulit dihancurkan, bisa digunakan saat berendam atau saat di luar rumah, terasa nyaman di tangan: buku akan selalu baik menjadi buku dan akan selalu ada tempat yang tersedia untuknya. Milik perpustakaan yang sama seperti perpustakaan tempat kita bisa menemukan buku eletronik, buku audio, DVD, dan konten web.
Perpustakaan adalah tempat penyimpanan informasi dan menberikan hak yang sama bagi semua masyarakat untuk mengaksesnya. Termasuk informasi kesehatan. Dan informasi kesehatan jiwa. Ruang yang terbuka. Tempat aman, surga dunia. Tempat para pustakawan. Seperti apa perpustakaan masa depan adalah sesuatu yang harus kita bayangkan saat ini.
Literasi lebih penting daripada sebelumnya, di dunia teks dan surat elektronik, sebuah dunia dengan informasi tertulis. Kita perlu menulis dan membaca, kita membutuhkan orang-orang yang bisa membaca dengan nyaman, memahami apa yang mereka baca, mengerti nuansa dan memahaminya.
Perpustakaan adalah gerbang masa depan. Jadi sayang sekali, di seluruh dunia, kita mengobservasi pemerintah setempat yang menutup perpustakaan dengan alasan penghematan, tanpa menyadari bahwa mereka mencuri masa depan  untuk membayar masa kini. Mereka menutup gerbang yang seharusnya terbuka.
Berdasarkan studi baru-baru ini oleh Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi, Inggris adalah satu-satunya negara di mana sekelompok orang tua memiliki keahlian dalam literasi dan berhitung daripada kelompok anak muda setelah faktor-faktor lain seperti gender, latar belakang sosio-ekonomi, dan tipe pekerjaan yang dilakukan.
Atau untuk melihat cara lain, anak-anak dan cucu kita kurang melek huruf dan kurang pengetahuan tentang angka daripada kita. Mereka kurang mampu menjajaki dunia, untuk mengerti dan memecahkan masalahnya. Mereka lebih mudah terbaring dan tersesat, akan kurang mampu mengubah dunia tempat mereka, kurang pekerjaan. Semua hal tersebut. Dan sebagai sebuah negara, Inggris akan jatuh terbelakang dibandingkan negara berkembang lainnya karena kekurangan sumber daya ahli.
Buku adalah cara kita berkomunikasi dengan orang-orang yang telah mati. Cara kita belajar dari yang orang yang tidak bersama kita, kemanusiaan yang terbangun sendiri, berkembang, membuat pengetahuan bertambah daripada sesuatu harus kita pelajari lagi terus menerus.  Ada legenda yang lebih tua daripada beberapa negara, legenda yang mengabadikan kebudayaan dan tempat-tempat pertama kali mereka diceritakan.
Saya kira kita bertanggungjawab terhadap masa depan. Tanggung jawab dan kewajiban kepada anak-anak, kepada orang dewasa yang menjadi masa depan anak-anak itu, kepada dunia tempat mereka berdiam. Kita semua – sebagai pembaca, penulis, masyarakat – memiliki kewajiban itu. Saya pikir saya akan mencoba dan mengeja kewajiban-kewajiban itu di sini.
Saya percaya kita memiliki kewajiban membaca untuk kesenangan, secara privasi ataupun di tempat-tempat umum. Jika kita membaca untuk kesenangan, jika orang lain melihat kita membaca, kemudian kita belajar, kita melatih imajinasi. Kita memperlihatkan bahwa membaca adalah hal yang baik.
Kita berkewajiban untuk mendukung perpustakaan. Menggunakan perpustakaan, mendorong orang lain menggunakan perpustakaan, memprotes penutupan perpustakaan. Jika kita tidak menghargai perpustakaan maka kita tidak menghargai informasi atau kebudayaan atau kebijaksanaan. Kita mendiamkan suara-suara masa lalu dan merusak masa depan.
Kita berkewajiban membaca keras-keras untuk anak-anak kita. Membacakan hal-hal yang mereka senangi, membacakan mereka cerita yang mungkin telah lelah kita lakukan. Untuk menyuarakannya, membuatnya menarik, dan tidak berhenti membaca untuk mereka hanya karena mereka belajar membaca untuk diri sendiri. Menggunakan suara keras saat membaca sebagai waktu-waktu wajib, di waktu-waktu saat tidak harus selalu mengecek telepon selular, ketika pengalihan-pengalihan lain di dunia disingkirkan.
Kita berkewajiban menggunakan bahasa. Mendorong diri kita: menemukan arti kata dan cara menggunakannya, untuk berkomunikasi dengan jelas, untuk menjelaskan maksud kita. Kita tidak boleh berusaha membekukan bahasa, atau berpura-pura bahwa dia adalah benda mati yang harus dipuja-puja, tetapi kita harus menganggapnya sebagai benda hidup, yang mengalir, yang meminjam kata-kata, yang membiarkan makna dan pelafalan berubah bersama waktu. 
Kita penulis – entah itu penulis untuk anak-anak atau bukan– memiliki kewajiban kepada pembaca: kewajiban untuk menulis hal-hal yang benar, khususnya yang terpenting ketika kita membuat legenda untuk orang yang tidak pernah ada di tempat kita hidup – untuk mengerti bahwa kebenaran adalah bukan yang terjadi, melainkan sesuatu yang menjelaskan diri kita. Fiksi sebenarnya adalah kebohongan yang menceritakan kebenaran. Kita memiliki kewajiban untuk tidak membuat bosan pembaca, tetapi membuat mereka membalik halaman. Salah satu obat terbaik untuk pembaca yang enggan, lagipula, adalah sebuah legenda yang membuat mereka tidak berhenti membaca. Dan kita mesti memberitahu pembaca tentang kebenaran, memberi senjata, pelindung, dan jalan di kebijakan manapun yang kita kumpulkan sedikit demi sedikit dari hidup singkat di dunia hijau ini, kita berkewajiban untuk tidak mengkhotbah, tidak mengajari, tidak melawan moral dan pesan untuk pembaca. Tidak menjejalkan sesuatu seperti orang dewasa memberi makan bayi-bayi mereka yang belum bisa mengunyah makanan; dan kita memiliki kewajiban, dalam keadaan apapun, tidak akan pernah menulis sesuatu untuk anak-anak yang kita sendiri tidak ingin baca.
Kita memiliki kewajiban untuk memahami dan mengerti bahwa sebagai penulis untuk anak-anak, kita melakukan pekerjaan penting, karena jika kita mengacaukannya dan menulis buku sampah yang menjauhkan anak-anak dari membaca dan buku, kita telah memperkecil masa depan dan mengurangi semangat mereka.
Kita semua- dewasa dan anak-anak, penulis dan pembaca- memiliki kewajiban kepada lamunan kita. Kita memiliki kewajiban untuk berimajinasi. Mudah untuk berpura-pura bahwa tidak ada orang yang bisa mengubah apapun, bahwa kita berada di dunia yang memiliki masyarakat yang besar dan individu hampir tidak ada apa-apanya; sebuah atom di dinding, segenggam beras di sawah. Tetapi kebenarannya adalah, individu mengubah dunia terus menerus, individu membuat masa depan, dan mereka melakukannya dengan berimajinasi tentang hal-hal yang berbeda.
Berhenti sejenak dan lihatlah ruangan di sekeliling kita. Saya ingin menunjuk sesuatu sangat jelas dan sepertinya terlupakan. Inilah: semua yang kita lihat, termasuk dinding-dinding, pada waktu tertentu, diimajinasikan. Seseorang memutuskan bahwa lebih mudah duduk di kursi daripada di lantai dan membayangkan kursi. Seseorang harus berimajinasi bahwa saya bisa berbicara dengan Anda di London sekarang tanpa seorang pun dari kita terkena hujan. Ini adalah ruangan dan barang-barang di dalamnya, dan semua hal lain dalam gedung ini, kota ini, hadir karena, orang-orang membayangkan sesuatu secara terus menerus.
Kita berkewajiban untuk membuat hal-hal indah. Tidak membuat hal-hal menjadi jelek dari sejak kita menemukannya, tidak mengosongkaan lautan, tidak meninggalkan masalah untuk generasi berikutnya. Kita berkewajiban membersihkan diri kita sendiri, dan tidak meninggalkan dunia yang selayang pandang telah kacau, remehkan, dan lumpuhkan untuk anak-anak kita.
Kita berkewajiban memberitahu para politisi apa yang kita inginkan, untuk memilih melawan politisi atau partai apapun yang tidak mengerti nilai membaca dan membuat masyarakat yang bermanfaat, yang tidak ingin bertindak untuk mempertahankan dan melindungi pendidikan serta mendorong literasi. Ini bukanlah masalah dari partai politik. Ini adalah masalah kemanusiaan.
Bagaimana kita membuat anak-anak pintar? Seseorang pernah bertanya kepada Albert Einstein. Lalu dijawab dengan sederhana dan bijak, “Jika Anda ingin anak-anakmu pintar,” katanya, “bacakan mereka dongeng. Jika Anda ingin mereka lebih pintar, bacakan mereka lebih banyak dongeng.” Dia memahami arti dari membaca dan berimajinasi. Saya berharap kita bisa memberikan anak-anak kita sebuah dunia di mana mereka akan membaca, dibaca, membayangkan, dan memahami.

*terjemahan bebas dari pidato Neil Gaiman yang diterbitkan The Guardian
https://www.theguardian.com/books/2013/oct/15/neil-gaiman-future-libraries-reading-daydreaming
Pernah memiliki pacar seorang synthesizer membuat saya memiliki banyak referensi musik elektro. Hahaha. Maka dari itu saya senang sekali waktu melihat program Goethe Haus bernama Alur Bunyi yang akan menampilkan banyak musisi elektro. Meskipun saya bukan penggemar berat musik elektro, tapi pada dasarnya semua genre mampu mengalir di telinga saya. I’m madly in love with music. Lalu, saya berjanji pada diri bahwa saya akan mendatanginya setiap bulan. Kebetulan saya ada di Jakarta sejak program itu dimulai.
Pertama kali datang ke Alur Bunyi, saya mendengarkan seorang DJ bernama Linnea yang berkolaborasi dengan Sady dan Jevin Julian. Semalam saya menonton edisi kedua Alur Bunyi yang menampilkan Gerald Situmorang berkolaborasi dengan 6 cowok keren lainnya. Selalu mudah untuk jatuh cinta pada musisi. Sejak nada pertama dimainkan saya sudah jatuh cinta dengan ternganga-nganga melihat dan mendengar permainan musik mereka.  Mereka semacam geng cowok dengan kualitas tertinggi untuk dijadikan pacar. Hahaha.
Lagu pertama yang mengalun terasa kental dengan musik Jazz. Mungkin karena permainan dari Adra Karim yang memang seorang pemain musik jazz. Saya terus memperhatikan permainan keyboard-nya. Yah saya tidak terlalu terbiasa dengan istilah-istilah musik yang biasa dituliskan ketika mengulas tentang musik, jadi saya tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata. Bedanya, saat itu semua mata menatap kagum dengan Agung Munthe. Terlihat kalau dia sangat menguasai alat yang ada di depannya dan dia betul-betul ahli, apa bisa ya dibilang maestro? Hahaha. Permainan Agung memukau. Tentu saja yang menguasai pesona panggung tetap si empu album, Gerald Situmorang.
Alur Bunyi edisi ini memang khusus diisi oleh Gerald Situmorang sekaligus peluncuran album solo barunya, Dimension. Di album ini dia banyak dibantu oleh Marco Steffiano dan Randy MP, sahabat bermusiknya sejak 10 tahun yang lalu. Dimension adalah lagu yang dia tulis setelah dia mendengar cerita seorang temannya yang bermimpi memasuki dimensi-dimensi kehidupan orang tua si pemimpi dan menangis saat terbangun. Akhirnya, setelah mengobrol dengan beberapa teman yang sekaligus bersedia membantunya, dia memutuskan untuk membuat album bertajuk Dimension. Tapi lagu-lagu selain yang berjudul Dimension memang sudah ditulis sebelum Dimension ada
Saya sendiri sangat penasaran dengan lagu ketiga yang mereka mainkan. Semacam lagu anak-anak yang menyenangkan sekaligus sedih tapi bukan lagu yang paling saya sukai diantara yang mereka mainkan malam itu. Di panggung Alur Bunyi Goethe Haus hari Kamis, 20 September ini, Gerald bermain bersama dua sahabatnya yang ahli sequencer dan effect, Marco Steffiano dan Randy MP. Lalu ada Agung Munthe dan Adra Karim, dua orang synthesizer kece yang saya sebutkan di atas tadi turut bermain di panggung. Ada vokalis yang hanya bernyanyi di beberapa lagu bernama Baskoro Juwon dan seorang drummer elektrik yang khusus membeli alatnya untuk panggung ini yaitu, Jessilardus Mates.
Menyelami lagu-lagu Gerald seperti berada di luar angkasa yang hampa, mungkin karena efek video animasi yang menjadi background lagu selama di panggung. Saya suka sekali videonya, ceria dan abstrak, sesuai sekali dengan lagu-lagunya. Video ini dibuat oleh Artisa Tumiwa. Satu lagu Gesit berjudul Dice yang cukup familiar di telinga penonton. Setelah menontonnya, saya baru tahu kalau Gerald Situmorang itu lucu, suka bercanda. Well, saya follower-nya di Instagram dan dia memang terlihat kocak, tapi baru kali ini saya menyaksikan langsung gaya bercandanya. Seperti tidak menyangka gaya kocak seperti itu bisa menciptakan musik yang agak bikin penasaran, beat-nya dingin tapi menaikturunkan mood. Euh, entahlah! Hahaha.

Setelah menutup panggung, penonton berteriak, encore, serasa masih ingin mendengarkan lagi. Akhirnya Gerald bermain lagi sendirian, cukup lama, namun hanya menggunakan gitar biasa saja. Mengalun indah, pas sekali sebagai penutup kebahagiaan saya malam itu. Terima kasih penghiburannya, Gesit! Sukses ya. 
Langganan: Postingan ( Atom )

About Me

Foto saya
Weny Mukaddas
usual nerd girl with glasses
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2018 (6)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2017 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ▼  September (2)
      • Neil Gaiman: Mengapa Masa Depan Kita Bergantung Pa...
      • Dimension
  • ►  2016 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (5)
  • ►  2015 (16)
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (3)
  • ►  2014 (18)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2013 (12)
    • ►  November (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (8)
  • ►  2009 (20)
    • ►  April (20)

LATEST POSTS

  • Menulis adalah Kekuasaan
    Menulis adalah cara melepaskan diri dari kegilaan, kata Agus Noor. Hujan memang sedang gila-gilaan menggedor loteng Rumata Art Space pada h...
  • diam
    Thursday, March 12, 2009 at 4:34pm | diam ??? diam slalu saja memupukkan kebingunganku diam tak pernah menyelesaikan kemelut ini...
  • Kutukan
    Seperti kutukan. Aku membiru, bimbang dalam diam Sementara hatiku semacam meriam. Kau mempekerjakan anggota tubuhmu secara bebas dan baha...
  • Pendongeng untuk Aufa dan Althaf
    Kak Nana, anak ekonomi. For sure! Setelah beberapa kali bertemu dia di beberapa event, belakangan saya tahu kalau dia anak ekonomi. Kebet...
  • Dear Tari, Perempuan Misterius yang Jatuh Cinta Pada Masa Lalu
        Saya mau ber- HIGH FIVE dengan Kak Tari. Ini kali kedua saya menengok blog -nya. Pertama, waktu dia me- review blog saya dan kedua ada...
  • Morning Overture
    Aku tak pernah lupa Saat itu air hujan dan matahari sedang berlomba menyambut pagi. Antara menyelami lautan dengan cahaya Atau tenggelam ...
  • Gelombang Alfa Penuntun Kearifan
    SUPERNOVA :  GELOMBANG Karya Dewi Lestari Penyunting : Ika Yuliana Kurniasih Yogyakarta: Penerbit Bentang (PT. Bentang Pusaka) ...
  • Eks Tapol
    Buku               : Mati Baik-Baik, Kawan. Pengarang       : Martin Aleida             Membaca Martin Aleida semacam tengge...
  • Selamat Ulang Tahun #2
    Tahukah kamu Semakin detil hal yang kuperhatikan dari dirimu Adalah bukti bahwa semakin besar rasa sayangku? Misalnya saat aku ba...
  • Rindu
    Hanya kepada langit biru, rindu berlindung menabuh kesetiaan para pecandu bergelung menunggu perjumpaan dengan kekasihnya, laut ses...

Social Media

Facebook  Instagram Linkedin Path Yahoo

Twitter

Tweets by @weenny_
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Copyright 2014 w.
Designed by OddThemes