(hasil tugas menulis tentang benda kesayangan dari kakak hurufkecil..:p)
“nih.. buat
kamu’, kata Malik, pacar baruku. Hari itu tanggal 3 Juni tepat dua bulan aku
pacaran dengannya dan kerap bersamanya. Hampir tiap hari aku menghabiskan senja
dengannya. Mungkin saja bulan berkata lain bila aku bertemu dalam balutan
cahayanya, tapi matahari yang memegang saksi. Terang saja aku bahagia.
Kejutan-kejutan kecilnya adalah poin penting pertahanan cintaku untuknya. Kali
ini dia memberiku sebuah gelang dari tali prusit berwarna oranye. Sederhana
seperti penampilan Malik, gelang itu hanya terlilit dua kali tanpa embel
apapun. Dia lalu memasangkan gelang itu ditanganku. Tapi aku hanya menjawab
“Trims,” dengan kurang semangat dan hampir seolah tidak peduli. “tidak suka?”
tanyanya. “tentu saja saya suka semua bentuk cintamu padaku” kataku agak
berlebihan untuk menenangkannya. Lalu kami berdua tersenyum kecil. “kau tahu,
aku selalu membuat satu gelang setiap berhasil menaklukkan satu puncak. Gelang
yang kau gunakan itu aku buat di puncak kedua yang ku daki. Sedangkan yang aku
pakai adalah gelang yang ku buat di puncak pertama,’ katanya sambil menjulurkan
tangannya yang penuh berbagai macam model gelang. Aku melihat gelang berwarnya
oranye menyala diantara gelang-gelang ditangannya. Malik memang baru saja
pulang dari mendaki. Hari ini rasanya ingin menghambur memeluknya, rinduku
seperti air mata yang menumpuk dipelupuk mata untuk melesak jatuh. Tapi kami
berdua sedang dikampus, tidak mungkin aku memeluknya didepan semua orang.
Malik memang
seorang pendaki gunung ulung. Aku berkenalan dengannya ketika aku ingin
mengikuti “fresh camp’ yang hampir
tiap tahun diadakan mahasiswa pencipta alam di fakultasku. Tapi pada akhirnya aku
tidak jadi ikut. Agak lucu juga mengingat-ingat kejadian itu. Selain pendaki
ulung, dia juga sangat ulung menggulung seluruh perhatianku untuknya. Mendengar
ceritanya tentang gelang itu, aku tiba-tiba bersemangat. Segera saja benda itu
ku deklarasikan jadi barang kesayanganku. Gelang itu seperti memiliki sihir
yang memikat hati semua orang disekelilingku. Tidak hanya kakak perempuanku
yang mencoba merebut gelang itu dari tanganku, bahkan teman-temanku yang
kupikir tidak akan mau memiliki gelang prusit memaksaku memberikan gelang ini. Padahal
gelang ini sesederhana kertas putih tanpa tinta. Entahlah, mungkin cinta yang
kuat didalamnya mempengaruhi aura semua orang. Gelang itu terpasang di tangan
kiriku dan hanya seperti terlihat dua garis oranye mengelilingi pergelangan
tanganku. Sejak Malik memberikannya aku tak pernah melepasnya barang sedetik
pun, bahkan saat mandi sekalipun. Namanya juga benda kesayangan, tentu sulit
melepaskannya dari pandangan.
Malik dan aku
telah menjalin hubungan selama 4 bulan. Namun belakangan ini aku mulai sering
mengeluh padanya. Kekasih mana yang tidak kesal melihat pasangannya menaruh
perhatian pada perempuan lain yang baru saja dikenalnya. Saat ini Malik memang
sedang sering nongkrong di TimeLine twitternya sejak memiliki Ipad yang dibelikan
mamanya. Bahkan saat bersamaku pun kadang-kadang dia lebih sibuk mengomentari
status twitter teman-temannya dibanding berbicara denganku yang jelas-jelas
nyata dihadapannya. Jaman sekarang memang sulit mendefinisikan realitas. Tapi
keluhanku selalu tidak terjawab oleh Malik, dia kadang-kadang berpura-pura
tidak dengar atau mengalihkan perhatian ketika aku mulai mengeluh tentang hal
itu.
Pagi ini aku
murka, sedikit hampir menangis ditempat tidur. Pasalnya Malik telah keluar dari
redline hubungan kami berdua. Segera
saja aku kirimkan pesan singkat tentang putus hubungan dengannya lalu mematikan
ponsel. Semalam ketika Malik berkunjung kerumahku seperti biasa di Malam Minggu
yang telah menjadi rutinitasnya, Malik tiba-tiba meminjam ponsel BlackBerry-ku.
Ternyata Ipad-nya kehabisan baterai dan dia perlu akses internet, entahlah
untuk apa. Aku baru tahu ketika aku menyalakan ponselku pagi ini. Ternyata
semalam dia menggunakan aplikasi twitter di ponsel Blackberry-ku dan ternyata
akun Malik masih ter-log in. Memang
semalam ponsel itu mati tiba-tiba karena kehabisan baterai pula dan Malik belum sempat memutus akunnya. Karena rasa
penasaran yang besar akhirnya aku mengutak-atik akunnya. Maka bertemulah aku
dengan penyebab kekesalanku. Aku melihat direct
message-nya dengan seorang perempuan yang tak kukenal. Tentu saja isinya adalah
keakraban yang tidak wajar menurutku
karena aku sedang menjalin hubungan dengan Malik. Makin murkalah aku ketika
mendapat balasan singkat darinya yang berisi “terserah”
Maka aku
menangis menjadi-jadi dibalik bantalku. Sekitar setengah jam aku bermuram durja
sambil melihat-lihat gelang ditanganku. Aku mulai introspeksi diri, sebenarnya
kurang baik apa aku untuknya selama 6 bulan pacaran. Setelah air mataku puas
menenangkan hatiku, aku mulai berbenah dan kembali menjalani aktivitas seperti
biasanya. Mungkin Tuhan terlalu baik padaku sehingga dia tidak ingin aku
bersama dengan orang yang tidak baik, kataku dalam hati. Memang sulit
melepaskannya tapi aku juga pantang memohon kembali padanya karena aku yang
minta putus dan tidak merasa bersalah sedikitpun. Akhirnya setelah seminggu
putus dari Malik, hatiku tak galau lagi. Tapi putus bukan berarti aku
melepaskan semua barang-barang pemberiannya. Aku bahkan masih sering mengagumi
gelang oranye ditanganku, gelang itu tetap menjadi barang kesayanganku.
Belakangan ini
desas desus mengenai pacar baru Malik sampai ditelingaku. Tanpa bertanya kesana
kemari, berita itu disampaikan sendiri oleh teman-teman Malik yang juga
temanku. Sedikit kesal karena menurutku dia terlalu cepat menjalin hubungan
dengan orang lain lagi sejak putus dengan. Tapi sudahlah, mungkin dia memang
tidak pantas untukku. Meskipun kadang-kadang aku tergoda untuk menghubunginya
lagi, tapi aku selalu mencoba menahan diri. Pasalnya, kejadian kemarin itu
tidak cukup memotivasiku untuk membencinya. Kadang aku berpikir apakah aku yang
terlalu posesif.
Saat itu aku
berjalan menuju ruang kelas dari kantin, sedikit cepat aku melangkah karena
kulihat pintu sudah tertutup. Sepertinya dosenku kali ini datang lebih cepat. Tiba-tiba
seseorang menubrukku dari samping, perempuan itu sepertinya juga sedikit
terburu-buru keluar dari ruang kelas. Aku sempat mengumpat kesal namun kemudian
aku mendengar percakapan sesesorang dari balik pintu. “Gelang ini katanya dibuat
sama Malik waktu dia dipuncak kedua digunung yang dia daki minggu lalu. Keren kan?”
terdengar sayup-sayup suara cempreng seorang gadis dari balik pintu dalam
kelas. Kemudian aku menengok sedikit dan melihat gadis yang diceritakan
teman-temanku notabene adalah pacar Malik saat ini. Dia kemudian terdiam
sejenak melihatku, lalu membuang mukanya. Aku melihat gelang prusit berwarna
merah marun menggulung pergelangan
tangannya. Tanpa berkata apa-apa pada perempuan yang kutabrak, secepat kilat
aku menuju ruangan kuliahku dan mengambil gunting kecil dari tempat pensil
Maya, teman kelasku. Tanpa pikir panjang, aku menggunting gelang oranye yang
terpasang manis dipergelanganku.
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar