Berawal dari saya diterima bekerja
di PT. Bosowa Duta Energasindo. Letak perusahaan ini di Jalan Ir. Sutami, Kompleks Pergudangan Lantebung, tepatnya disamping
jalan tol Makassar. Hampir setiap hari saya mengeluh soal banyaknya badai
rintangan menuju tempat kerja. Saya harus
berangkat pagi-pagi sekali jika tidak ingin terlambat, belum lagi dengan
jalanan jelek yang harus saya lewati. Maklum, saya hanya mampu membeli sepeda motor. Tetapi,
selama musim hujan saya harus menumpang di mobil teman karena jalanan yang
sering saya gunakan itu macet parah dan banjir. Menggunakan mobil terasa lebih mudah dan cepat karena melewati jalan bebas hambatan. Ahh, seandainya saya memiliki
foto jalan samping tol saat banjir, agak ngeri juga. Bisa memakan waktu hampir tiga jam
untuk lepas dari jalan Ir. Soetami ini jika sedang musim hujan. Bagi saya yang di awal bekerja jarang menggunakan sepeda motor agak takut melewati jalan ini karena
harus melaju bersama kendaraan-kendaraan berat seperti truk atau eskavator.
Sering terjadi kecelakaan karena jalanan yang rusak menyebabkan kendaraan yang
berat jatuh kesamping. Sekarang sudah terbiasa dengan keadaan itu.
![]() |
Akses angkutan kota cukup sulit
di jalan ini. Sebenarnya ada trayek angkutan kota yang melewati jalan ini yaitu
angkutan kota berkode G, namun harus menunggu cukup lama karena jumlah
angkotnya sedikit. Kadang harus menunggu setengah sampai satu jam lamanya. Akhirnya,
hampir semua pegawai yang bekerja di sekitar jalan Ir. Soetami ini harus
menggunakan kendaraan pribadi jika tidak ingin terlambat berangkat kerja. Kendaraan pun membludak di pagi hari kerja dan
sore saat pulang. Sebenarnya, jika tidak padat kita bisa menempuh jalan ini
selama kurang lebih dua puluh menit namun dibeberapa titik jalan ini
mengalami kemacetan parah. Perjalanan yang ditempuh menjadi selama kurang lebih 40 menit karena jalan yang rusak.
Dibeberapa
tempat hanya bisa dijangkau oleh kendaraan roda dua, sehingga roda empat mau
tidak mau harus melewati jalan tol sebelum memasuki jalan Ir. Soetami. Angkot pun harus melewati satu gerbang pembayaran tol saat keluar dari jalan
ini tetapi mendapat kompensasi tidak membayar tarif tol. Dibagian jalan ini, tepatnya di jembatan yang dilewati tol, jalanan begitu sempit hingga hanya bisa dilewati oleh satu motor. Disinilah puncak kemacetan yang paling menggerahkan bagi pengguna sepeda motor. Belum lagi terowongan
tol yang sedikit sehingga sering terjadi pelanggaran oleh pengguna sepeda
motor. Hal itu menambah kemacetan lalu lintas.
![]() |
Terlihat beberapa pengguna sepeda motor melanggar arah jalan. |
Sudah banyak keluhan warga yang
masuk di Kementrian PU mengenai jalan samping tol ini. Namun, sampai saat ini
kurang sekali tindakan nyata dari pemerintah menanggulangi jalanan yang rusak.
Banyak pula warga yang mengeluhkan hal ini pada pihak pengelola tol yaitu Bosowa Bina Marga dan PT. JTSE. Pada
saat pembuatan frontage road, jalan
Ir. Soetami memang menjadi tanggungan PT JTSE. Tetapi sejak tahun 2009, Kementrian
PU telah menyatakan jalan ini sebagai jalan nasional. Terkait dengan
perbaikannya, masih dipertanyakan apakah jalan ini menjadi tanggung jawab
pemerintah kota atau pemerintah provinsi. Hal itu menyebabkan jalan ini begitu
terlantar dalam jangka waktu yang cukup lama. PT. JTSE pun berusaha
meminimalisir kerusakan dengan melakukan penimbunan di beberapa titik yang
rusak. Jalanan ini mudah rusak karena sistem drainase yang buruk, air
menggenang dan menumpuk ketika musim hujan melanda. Padahal, kendaraan berat
lalu lalang sekitar jalan ini membuat jalan semakin mudah rusak.
Beberapa waktu yang lalu, saya
menemukan berita bahwa pemerintah akhirnya berencana memperbaiki jalan Ir.
Soetami[1].
Dari berita tersebut, diketahui bahwa Pemkot Makassar dan PT. JTSE telah
bersepakat segera menyelesaikan proyek pengerjaan jalan ini. Sekitar bulan Juni, saya melihat mulai ada pergerakan perbaikan di sekitar jembatan jalan
tol. Semoga saja perbaikan jalan ini segera diselesaikan.
Saya pun agak risih sebenarnya
dengan tarif tol yang selangit. Apalagi tarif tol Makassar baru-baru saja naik pada
bulan Juni lalu. Agak kasihan melihat supir-supir truk harus membayar tarif
tol yang mahal padahal mereka juga harus memikirkan biaya makan dan rokok. Tentu
saja mereka lebih memilih lewat di samping tol yang tidak berbayar, serusak
apapun jalannya yang penting masih bisa jalan. Tapi, selama bulan Ramadhan
pengelola tol memberikan diskon sehingga tarif tol turun hingga Rp. 1.500.
Mari berdoa agar infrastruktur
kota Makassar akan segera membaik.
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
3 komentar:
iya sih, Kak. Tapi mereka kan memang lewat situ karena di jalan poros yang ramai sudah ada aturan tentang waktu tertentu untuk kendaraan berat melintas. :(
Selesai tapi belum selesai...kata daeng Ipul. Betul juga :) salam kenal ya.
Selesai tapi belum selesai...kata daeng Ipul. Betul juga :) salam kenal ya.
Posting Komentar