Neil Gaiman: Mengapa Masa Depan Kita Bergantung Pada Perpustakaan, Membaca, dan Melamun
Penting bagi
seseorang untuk mengatakan keberpihakannya: Di mana, mengapa, atau saat ia
sekadar berasumsi dan cenderung bias. Semacam pengajuan pendapat seorang anggota
dalam satu kelompok. Maka, saya akan berbicara
tentang membaca.
Membaca fiksi atau
membaca untuk kesenangan adalah salah satu hal penting yang bisa dilakukan.
Saya akan membuat permohonan yang berapi-api kepada orang untuk mengerti: apa
itu perpustakaan dan pustakawan. Lalu, memohon agar mereka mempertahankan kedua
hal tersebut.
Pilihan saya bias,
jelas dan sangat; saya adalah seorang penulis, kadang menulis fiksi. Saya
menulis untuk anak-anak dan dewasa. Selama tiga puluh tahun, saya mencari penghasilan
melalui kata-kata, Kebanyakan tentang membuat hal-hal dan menuliskannya. Tentu
saja, saya ingin agar orang-orang membaca; melahirkan perpustakaan dan
pustakawan; atau membantu menumbuhkan kecintaan terhadap membaca dan
tempat-tempat membaca.
Jadi saya bias
sebagai seorang penulis. Tetapi saya lebih bias sebagai pembaca. Bahkan, lebih
bias lagi sebagai
seorang warga Inggris.
Dan saya di sini
untuk membicarakan hal ini, malam ini, di bawah naungan Reading Agency; sebuah misi amal yang memberikan kesempatan yang
sama kepada semua orang, dengan membantu mereka untuk percaya diri dan semangat
membaca. Mendukung program literasi, perpustakaan dan gerak nyata untuk
mendorong kegiatan membaca. Karena, mereka berkata, semuanya berubah ketika
kita membaca.
Dari perubahan dan kegiatan membaca itulah, saya hadir malam ini.
Saya ingin mengobrol tentang apa yang bisa dilakukan dengan membaca dan apa
manfaatnya.
Saya pernah berada
di New York dan mendengarkan pembicaraan tentang membangun penjara
pribadi--sebuah pertumbuhan industri yang pesat di Amerika. Industri penjara
tersebut membutuhkan rencana pertumbuhan masa depannya--seberapa banyak sel
yang mereka butuhkan? Berapa banyak tahanan yang akan ada 15 tahun dari
sekarang? Mereka memprediksinya dengan mudah. Menggunakan algoritma sederhana
berdasarkan pertanyaan berapa persen dari anak umur 10 dan 11 tahun yang buta
huruf. Dan tentu saja, termasuk mereka yang tidak bisa membaca untuk
kesenangan.
Ini bukan tentang
hubungan satu hal dan yang lainnya: kita tidak bisa bilang bahwa masyarakat
literasi tidak melakukan tindakan kriminal. Tetapi, kedua hal tersebut
betul-betul memiliki korelasi yang nyata. Beberapa dari korelasi tersebut
datang dari sesuatu yang sangat sederhana: masyarakat melek huruf yang membaca
fiksi.
Fiksi memiliki dua
kegunaan. Pertama, gerbang untuk kecanduan membaca. Dorongan untuk mengetahui
kejadian berikutnya, keinginan membalik halaman, kebutuhan untuk melanjutkan,
walaupun hal itu sulit, karena seseorang dalam masalah dan kita harus tahu
bagaimana akhirnya, hal itu adalah dorongan yang nyata. Hal itu mendorongmu
untuk mempelajari kosa kata baru, gagasan baru, untuk tetap melanjutkan dan
menemukan bahwa membaca adalah hal yang menyenangkan. Sekali kita
mempelajarinya, kita berada di jalan untuk membaca segalanya.
Membaca adalah
kunci. Beberapa tahun lalu, hadir wacana bahwa kita hidup di dunia post-literasi, di mana kemampuan untuk
membuat kata-kata yang masuk akal sangat berlebihan. Tetapi, itu sudah jauh
terlewati. Kata-kata kini lebih penting dari yang pernah ada. Kita menjejaki
dunia dengan kata-kata, dan karena dunia tergelincir ke media digital, kita
perlu mengikuti, untuk berkomunikasi dan memahami apa yang kita baca.
Orang-orang yang tidak bisa mengerti satu sama lain tidak mampu bertukar gagasan,
tidak bisa berkomunikasi, dan program terjemahan tidak banyak berubah.
Cara yang paling
sederhana untuk memastikan peningkatan jumlah anak-anak melek huruf adalah
mengajari mereka membaca, dan menunjukkan bahwa membaca adalah kegiatan yang
menyenangkan. Secara sederhana berarti menemukan buku yang mereka sukai,
memberikan akses untuk itu, dan membiarkan mereka membacanya.
Saya berpikir tidak
akan ada buku yang buruk untuk anak-anak. Sekarang dan nanti, hal itu menjadi
tren di antara orang-orang dewasa untuk menjadi bagian dari buku anak-anak.
Entah itu genre atau seorang penulis.
Lalu, mereka
memberitahukan tentang buku yang buruk atau buku yang seharusnya tidak dibaca
anak-anak. Saya menyaksikannya beberapa kali; Enid Blyton dikatakan sebagai
penulis yang buruk, juga RL Stine, dan beberapa lainnya. Komik dicela sebagai
pendorong buta huruf.
Omong kosong. Hal
itu adalah keangkuhan dan kebodohan. Tidak ada penulis yang jelek bagi
anak-anak, karena setiap anak berbeda. Mereka bisa menemukan cerita yang mereka
butuhkan, dan membawa diri mereka ke dalamnya. Ide lama tidak basi dan usang,
sebab banyak cerita yang menjadi pengalaman pertama bagi mereka. Jangan
menakut-nakuti anak-anak untuk membaca hanya karena merasa mereka membaca hal
yang salah. Fiksi yang kita benci adalah rute ke buku yang mungkin kita pilih.
Dan, semua orang punya selera yang berbeda, bukan?
Pemahaman orang
dewasa bisa dengan mudah menghancurkan kesenangan membaca anak-anak:
menghentikan mereka membaca hal-hal yang mereka senangi atau memberi
bacaan-bacaan yang kita suka--bacaan layak tetapi membosankan. Abad ke-21
setara dengan meningkatkan literasi Victorian.
Kita akan berakhir dengan generasi yang meyakini bahwa membaca itu tidak keren,
buruk, dan tidak menyenangkan.
Kita butuh anak-anak
kita untuk menaiki jenjang membaca; apapun bacaan yang mereka nikmati akan
memajukan mereka, anak tangga demi anak tangga, dalam literasi. (Juga, jangan
lakukan apa yang penulis ini lakukan ketika anak gadisnya yang berumur 11 tahun
membaca RL Stine, yang juga mendapatkan kopian buku berjudul Carrie oleh Stephen King, bahwa kalau
menyukai ini maka akan menyukai itu juga! Holly tidak membaca apapun selain
cerita-cerita aman tentang pemukim di padang rumput selama masa remajanya, dan
masih membelalak ketika nama Stephen King disebutkan).
Hal kedua yang
fiksi lakukan adalah membangun empati. Ketika kita menonton TV atau film, kita
melihat hal-hal yang terjadi pada orang lain. Fiksi prosa adalah sesuatu yang
kita bangun dari 26 huruf dan sekumpulan tanda baca, dan masing-masing dari
kita, menggunakan imajinasi sendiri, menciptakan dunia dan mengisinya dengan
orang-orang dan melihat melalui mata orang lain. Kita kemudian merasakan
sesuatu, mengunjungi tempat-tempat dan dunia yang tidak pernah kita ketahui. Kita
belajar bahwa semua orang di luar sana adalah diri kita sendiri, tentu saja.
Kita menjadi orang lain, dan ketika berputar kembali ke dunia sendiri, kita
tiba-tiba saja berubah.
Empati adalah alat
untuk membangun orang-orang dalam kelompok agar kita lebih dari sebuah obsesi
diri sendiri.
Kita juga menemukan
sesuatu yang penting untuk membuat jalan bagi diri sendiri. Semisal: Dunia
tidak semestinya seperti ini. Semua hal bisa atau mungkin harus berubah.
Saya berada di
China tahun 2007, saat fiksi-ilmiah dan
konvensi fantasi disetujui untuk pertama kalinya dalam sejarah China.
Pada satu titik, saya bertanya pada seorang pejabat, Mengapa? Bukankah
Fiksi-ilmiah telah lama disetujui. Apa yang berubah?
Sederhana saja,
katanya. Orang-orang Cina sangat brilian membuat hal-hal jika orang-orang lain
membawakan mereka rencana-rencana. Tetapi mereka tidak berinovasi dan
menciptakan. Mereka tidak berimajinasi. Jadi mereka mengirimkan delegasi ke
Amerika Serikat, Apple, Microsoft, Google dan mereka menanyai orang-orang di
sana yang menciptakan masa depan. Mereka menemukan bahwa mereka semua membaca
fiksi-ilmiah ketika remaja.
Fiksi mampu
menunjukkan dunia yang lain. Hal itu bisa membawa ke tempat-tempat yang tidak
pernah kita kunjungi. Sekali mengunjungi dunia lain, kita seperti memakan buah
ajaib. Kita tidak akan pernah lagi hanya menjadi bagian dari dunia tempat kita
tumbuh. Kita mungkin akan kecewa. Namun, perasaan kecewa adalah hal yang baik.
Orang-orang yang kecewa mampu memodifikasi dan mengimprovisasi dunia mereka:
membuatnya lebih baik, membuatnya berbeda.
Selagi kita berada
dalam pokok persoalan ini, saya ingin mengatakan beberapa hal tentang
eskapisme. Saya mendengar istilah itu dilarang seperti hal itu adalah hal
buruk. Jika saja fiksi-eskapis adalah candu yang murahan digunakan oleh
pengacau, orang bodoh, dan penipu. Lalu fiksi yang berharga, untuk orang dewasa
dan anak-anak, hanya fiksi yang meniru-niru saja, bercermin pada yang paling
buruk di dunia ini ditemukan pembaca dalam diri mereka sendiri.
Jika kita terperangkap
dalam situasi yang mustahil, di tempat yang tidak menyenangkan, dengan orang
yang tidak kita senangi, lalu seseorang datang mengajak ke tempat pelarian
sementara, mengapa kita tidak menerimanya? Dan fiksi-eskapis adalah fiksi yang
membuka pintu, menunjukkan cahaya matahari di luar sana, memberikan tempat di
mana kita terkendali, bersama orang-orang yang kita inginkan (dan buku adalah
tempat yang nyata, jangan membuat kesalahan dengan itu); dan yang paling
penting, selama pelarian tersebut, buku juga bisa memberi kita pengetahuan
tentang dunia dan keadaan yang sulit, memberi senjata, pelindung diri: hal
nyata yang bisa kita ambil kembali ke dalam penjara. Keahlian, pengetahuan, dan
alat yang bisa kita gunakan untuk pelarian yang sebenarnya.
Seperti yang
dikatakan oleh JRR. Tolkien, hanya sipir yang mengancam atau menentang
pelarian.
Jalan lain untuk
menghancurkan anak kecil yang suka membaca, tentu saja, adalah memastikan tidak
ada buku di sekelilingnya. Dan tidak membolehkan mereka ke manapun untuk
membaca buku. Saya beruntung. Saya memiliki perpustakaan lokal bagus yang
berkembang. Saya memiliki orang tua yang bisa dibujuk membawa saya ke
perpustakaan saat perjalanan liburan musim panas, dan dengan pustakawan yang
tidak berpikiran sempit – tidak menemani seorang anak laki-laki menuju
perpustakaan anak-anak setiap pagi dan memberikan kartu katalog, mencari buku
tentang hantu atau sihir atau roket-roketan, tentang vampir atau detektif atau
penyihir atau keajaiban-keajaiban.
Dan ketika saya
selesai membaca bagian anak-anak di perpustakaan, saya memulai di bagian
dewasa.
Mereka adalah
pustakawan-pustakawan yang baik. Mereka menyukai buku dan menyenangi buku-buku
yang dibaca. Mereka mengajari saya cara memesan buku dari perpustakaan lain.
Mereka tidak pernah angkuh tentang apapun yang saya baca. Mereka hanya menyukai
ada anak bermata besar yang suka membaca. Mereka berbicara kepada saya tentang
buku-buku yang saya baca, membantu menemukan seri buku yang lain. Mereka
memperlakukan saya seperti pengunjung lain – tidak lebih dan tidak kurang –
yang artinya mereka menghargai saya. Saya tidak diperlakukan seperti anak yang
berusia delapan tahun sebagaimana biasanya.
Tetapi perpustakaan
adalah tentang kebebasan. Kebebasan membaca, kebebasan ide, kebebasan berkomunikasi.
Perpustakaan adalah persoalan tentang pendidikan (bukan tentang sebuah proses
di mana kita akan selesai saat meninggalkan sekolah atau universitas), tentang
hiburan, tentang membuat lingkungan nyaman, dan tentang mengakses informasi.
Saya khawatir bahwa
di abad 21, orang-orang salah pengertian tentang perpustakaan dan tujuannya.
Jika kita menganggap bahwa perpustakaan adalah setumpuk buku di rak, itu akan
sangat mudah terlihat kuno dan usang di dunia yang kebanyakan (meski tidak
semua) buku-buku hanya hadir secara digital. Pendapat seperti itu kehilangan
poin yang sangat fundamental.
Saya merasa bahwa
hal itu seharusnya dilakukan dengan informasi yang alami. Informasi memiliki
nilai dan informasi yang benar memiliki nilai lebih. Dari sejarah manusia, kita
hidup dalam kekurangan informasi, dan kebutuhan akan informasi selalu menjadi
hal yang penting dan selalu berharga: kapan menanam, di mana mencari sesuatu,
peta, sejarah, dan cerita-cerita – semua itu selalu menjadi bahan baku untuk
makanan dan perusahaan. Informasi adalah hal yang bernilai, dan mereka yang
memiliki atau membuatnya bisa mendapatkan keuntungan.
Beberapa tahun
belakangan, kita berpindah dari ekonomi informasi langka ke satu kendali
informasi yang melimpah. Menurut Eric Schmidt dari Google, setiap dua hari, ras
manusia membuat banyak informasi yang kita lakukan dari awal peradaban sampai
tahun 2003. Kira-kira sebanyak lima exobyte data per hari. Bagi mereka yang
berhitung, tantangannya menjadi: bukan menemukan tanaman langka yang tumbuh di
gurun pasir, tetapi menemukan tanaman spesifik yang tumbuh di hutan. Kita akan
membutuhkan bantuan menemukan informasi yang sebenarnya kita butuhkan.
Perpustakaan adalah
tempat orang mencari informasi. Buku hanyalah petunjuk dari informasi yang
menggunung: mereka ada, dan perpustakaan bisa menyediakan secara bebas dan
resmi dengan buku. Lebih banyak anak-anak yang meminjam buku dari perpustakaan
daripada sebelumnya – semua jenis buku: koran, digital dan audio. Tetapi
perpustakaan juga, sebagai contoh, tempat di mana orang-orang, yang mungkin
tidak memiliki komputer, yang mungkin tidak memiliki koneksi internet, bisa
masuk ke dunia maya tanpa membayar apapun: sangat penting ketika kita mencari
dan mendaftar pekerjaan atau mencari keuntungan untuk bermigrasi secara
eksklusif di dunia maya. Pustakawan bisa membantu orang-orang ini untuk
menjejaki dunia tersebut.
Saya tidak percaya
bahwa semua buku akan atau harus bermigrasi ke layar: seperti yang Douglas
Adams katakan padaku (lebih dari 20 tahun sebelum Kindle berubah), buku fisik
seperti hiu. Hiu adalah binatang tua: ada hiu dalam lautan sebelum dinosaurus.
Dan alasan mengapa masih ada hiu karena hiu lebih baik menjadi hiu daripada
menjadi yang lainnya. Buku fisik itu kuat, sulit dihancurkan, bisa digunakan
saat berendam atau saat di luar rumah, terasa nyaman di tangan: buku akan
selalu baik menjadi buku dan akan selalu ada tempat yang tersedia untuknya. Milik
perpustakaan yang sama seperti perpustakaan tempat kita bisa menemukan buku
eletronik, buku audio, DVD, dan konten web.
Perpustakaan adalah
tempat penyimpanan informasi dan menberikan hak yang sama bagi semua masyarakat
untuk mengaksesnya. Termasuk informasi kesehatan. Dan informasi kesehatan jiwa.
Ruang yang terbuka. Tempat aman, surga dunia. Tempat para pustakawan. Seperti
apa perpustakaan masa depan adalah sesuatu yang harus kita bayangkan saat ini.
Literasi lebih
penting daripada sebelumnya, di dunia teks dan surat elektronik, sebuah dunia
dengan informasi tertulis. Kita perlu menulis dan membaca, kita membutuhkan
orang-orang yang bisa membaca dengan nyaman, memahami apa yang mereka baca,
mengerti nuansa dan memahaminya.
Perpustakaan adalah
gerbang masa depan. Jadi sayang sekali, di seluruh dunia, kita mengobservasi
pemerintah setempat yang menutup perpustakaan dengan alasan penghematan, tanpa
menyadari bahwa mereka mencuri masa depan
untuk membayar masa kini. Mereka menutup gerbang yang seharusnya
terbuka.
Berdasarkan studi
baru-baru ini oleh Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi, Inggris adalah
satu-satunya negara di mana sekelompok orang tua memiliki keahlian dalam
literasi dan berhitung daripada kelompok anak muda setelah faktor-faktor lain
seperti gender, latar belakang sosio-ekonomi, dan tipe pekerjaan yang
dilakukan.
Atau untuk melihat cara
lain, anak-anak dan cucu kita kurang melek huruf dan kurang pengetahuan tentang
angka daripada kita. Mereka kurang mampu menjajaki dunia, untuk mengerti dan
memecahkan masalahnya. Mereka lebih mudah terbaring dan tersesat, akan kurang
mampu mengubah dunia tempat mereka, kurang pekerjaan. Semua hal tersebut. Dan
sebagai sebuah negara, Inggris akan jatuh terbelakang dibandingkan negara
berkembang lainnya karena kekurangan sumber daya ahli.
Buku adalah cara
kita berkomunikasi dengan orang-orang yang telah mati. Cara kita belajar dari
yang orang yang tidak bersama kita, kemanusiaan yang terbangun sendiri, berkembang,
membuat pengetahuan bertambah daripada sesuatu harus kita pelajari lagi terus
menerus. Ada legenda yang lebih tua
daripada beberapa negara, legenda yang mengabadikan kebudayaan dan
tempat-tempat pertama kali mereka diceritakan.
Saya kira kita
bertanggungjawab terhadap masa depan. Tanggung jawab dan kewajiban kepada
anak-anak, kepada orang dewasa yang menjadi masa depan anak-anak itu, kepada
dunia tempat mereka berdiam. Kita semua – sebagai pembaca, penulis, masyarakat
– memiliki kewajiban itu. Saya pikir saya akan mencoba dan mengeja
kewajiban-kewajiban itu di sini.
Saya percaya kita
memiliki kewajiban membaca untuk kesenangan, secara privasi ataupun di tempat-tempat
umum. Jika kita membaca untuk kesenangan, jika orang lain melihat kita membaca,
kemudian kita belajar, kita melatih imajinasi. Kita memperlihatkan bahwa
membaca adalah hal yang baik.
Kita berkewajiban
untuk mendukung perpustakaan. Menggunakan perpustakaan, mendorong orang lain
menggunakan perpustakaan, memprotes penutupan perpustakaan. Jika kita tidak
menghargai perpustakaan maka kita tidak menghargai informasi atau kebudayaan
atau kebijaksanaan. Kita mendiamkan suara-suara masa lalu dan merusak masa
depan.
Kita berkewajiban
membaca keras-keras untuk anak-anak kita. Membacakan hal-hal yang mereka
senangi, membacakan mereka cerita yang mungkin telah lelah kita lakukan. Untuk
menyuarakannya, membuatnya menarik, dan tidak berhenti membaca untuk mereka
hanya karena mereka belajar membaca untuk diri sendiri. Menggunakan suara keras
saat membaca sebagai waktu-waktu wajib, di waktu-waktu saat tidak harus selalu
mengecek telepon selular, ketika pengalihan-pengalihan lain di dunia
disingkirkan.
Kita berkewajiban
menggunakan bahasa. Mendorong diri kita: menemukan arti kata dan cara
menggunakannya, untuk berkomunikasi dengan jelas, untuk menjelaskan maksud
kita. Kita tidak boleh berusaha membekukan bahasa, atau berpura-pura bahwa dia
adalah benda mati yang harus dipuja-puja, tetapi kita harus menganggapnya
sebagai benda hidup, yang mengalir, yang meminjam kata-kata, yang membiarkan
makna dan pelafalan berubah bersama waktu.
Kita penulis –
entah itu penulis untuk anak-anak atau bukan– memiliki kewajiban kepada
pembaca: kewajiban untuk menulis hal-hal yang benar, khususnya yang terpenting
ketika kita membuat legenda untuk orang yang tidak pernah ada di tempat kita
hidup – untuk mengerti bahwa kebenaran adalah bukan yang terjadi, melainkan
sesuatu yang menjelaskan diri kita. Fiksi sebenarnya adalah kebohongan yang
menceritakan kebenaran. Kita memiliki kewajiban untuk tidak membuat bosan
pembaca, tetapi membuat mereka membalik halaman. Salah satu obat terbaik untuk
pembaca yang enggan, lagipula, adalah sebuah legenda yang membuat mereka tidak
berhenti membaca. Dan kita mesti memberitahu pembaca tentang kebenaran, memberi
senjata, pelindung, dan jalan di kebijakan manapun yang kita kumpulkan sedikit
demi sedikit dari hidup singkat di dunia hijau ini, kita berkewajiban untuk
tidak mengkhotbah, tidak mengajari, tidak melawan moral dan pesan untuk pembaca.
Tidak menjejalkan sesuatu seperti orang dewasa memberi makan bayi-bayi mereka
yang belum bisa mengunyah makanan; dan kita memiliki kewajiban, dalam keadaan
apapun, tidak akan pernah menulis sesuatu untuk anak-anak yang kita sendiri
tidak ingin baca.
Kita memiliki
kewajiban untuk memahami dan mengerti bahwa sebagai penulis untuk anak-anak,
kita melakukan pekerjaan penting, karena jika kita mengacaukannya dan menulis
buku sampah yang menjauhkan anak-anak dari membaca dan buku, kita telah
memperkecil masa depan dan mengurangi semangat mereka.
Kita semua- dewasa
dan anak-anak, penulis dan pembaca- memiliki kewajiban kepada lamunan kita.
Kita memiliki kewajiban untuk berimajinasi. Mudah untuk berpura-pura bahwa
tidak ada orang yang bisa mengubah apapun, bahwa kita berada di dunia yang
memiliki masyarakat yang besar dan individu hampir tidak ada apa-apanya; sebuah
atom di dinding, segenggam beras di sawah. Tetapi kebenarannya adalah, individu
mengubah dunia terus menerus, individu membuat masa depan, dan mereka
melakukannya dengan berimajinasi tentang hal-hal yang berbeda.
Berhenti sejenak
dan lihatlah ruangan di sekeliling kita. Saya ingin menunjuk sesuatu sangat
jelas dan sepertinya terlupakan. Inilah: semua yang kita lihat, termasuk
dinding-dinding, pada waktu tertentu, diimajinasikan. Seseorang memutuskan
bahwa lebih mudah duduk di kursi daripada di lantai dan membayangkan kursi. Seseorang
harus berimajinasi bahwa saya bisa berbicara dengan Anda di London sekarang
tanpa seorang pun dari kita terkena hujan. Ini adalah ruangan dan barang-barang
di dalamnya, dan semua hal lain dalam gedung ini, kota ini, hadir karena,
orang-orang membayangkan sesuatu secara terus menerus.
Kita berkewajiban
untuk membuat hal-hal indah. Tidak membuat hal-hal menjadi jelek dari sejak
kita menemukannya, tidak mengosongkaan lautan, tidak meninggalkan masalah untuk
generasi berikutnya. Kita berkewajiban membersihkan diri kita sendiri, dan
tidak meninggalkan dunia yang selayang pandang telah kacau, remehkan, dan
lumpuhkan untuk anak-anak kita.
Kita berkewajiban
memberitahu para politisi apa yang kita inginkan, untuk memilih melawan
politisi atau partai apapun yang tidak mengerti nilai membaca dan membuat
masyarakat yang bermanfaat, yang tidak ingin bertindak untuk mempertahankan dan
melindungi pendidikan serta mendorong literasi. Ini bukanlah masalah dari
partai politik. Ini adalah masalah kemanusiaan.
Bagaimana kita
membuat anak-anak pintar? Seseorang pernah bertanya kepada Albert Einstein.
Lalu dijawab dengan sederhana dan bijak, “Jika Anda ingin anak-anakmu pintar,” katanya,
“bacakan mereka dongeng. Jika Anda ingin mereka lebih pintar, bacakan mereka
lebih banyak dongeng.” Dia memahami arti dari membaca dan berimajinasi. Saya
berharap kita bisa memberikan anak-anak kita sebuah dunia di mana mereka akan
membaca, dibaca, membayangkan, dan memahami.
*terjemahan bebas dari pidato Neil Gaiman yang diterbitkan The Guardian
https://www.theguardian.com/books/2013/oct/15/neil-gaiman-future-libraries-reading-daydreaming
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar