Menjamurnya ruang-ruang kreatif
yang disokong oleh anak-anak muda lokal memberi nafas baru bagi Makassar. Kota
ini mulai menjadi bahan pembicaraan di Indonesia beberapa tahun belakangan.
Sejak dulu sentra pengetahuan, kreatifitas dan modernitas berfokus di daerah
Jawa dan sekitarnya. Hingga saat ini mulai bermunculan anak-anak muda Makassar
berprestasi bahkan sampai taraf internasional. Hal itu tidak luput dari
gerakan-gerakan ekonomi kreatif yang berbasis DIY atau handmade. Salah
satunya adalah Delusi Stockroom.
Berawal dari saya yang sedang
mencari buku The Catcher In The Rye karya J.D. Salinger terbitan Banana
Publisher. Saya ke perpustakaan KataKerja tapi ternyata bukunya telah habis.
Namun, sepertinya saya sedang beruntung maka pesanan orang lain beralih ke
saya. Tiba-tiba, teman saya yang bernama Ekbes cerita bahwa kamu juga bisa
mendapatkan buku yang sama di Delusi Stockroom. Delusi ini bermarkas di jalan
Kumala, lanjutnya. Saya pun sigap mendengar karena dibandingkan Katakerja,
Delusi lebih dekat dari tempat tinggal saya. Foto-foto Delusi Stockroom juga
dipasang Ekbess di akun instagramnya. Makin penasaran lah saya.
Akhirnya, pada hari Minggu
tanggal 5 Juli malam saya memutuskan kesana. Hari itu sebenarnya saya tidak
punya rencana sama sekali. Sore hari menjelang buka, saya kopdar bersama
teman-teman Klub Buku Makassar di Mama Toko Kue dan Es Krim. Kemudian kami
bergosip tentang penulis dan hal-hal lain yang umum dibicarakan perempuan.
Eits, namanya memang klub buku tapi kami tidak semembosankan kutu buku yang
sejak dulu terstigma di pikiran anak-anak muda yang katanya “gaul”. Terpikir
lah saya untuk mengunjungi Delusi Stockroom.
Setelah janjian bertemu dengan
dua orang yang berbeda, tepat pukul Sembilan saya melaju menuju Kumala. Saya
tidak tahu persis alamatnya, chat ke Ekbess pun tak di balas. Hanya bermodal
gambaran toko disamping masjid saya beranikan diri mencari tempat itu. Ternyata
tempatnya sangat mudah didapat. Setelah lampu merah Andi Tonro, belok kiri lalu jalan terus sampai bertemu masjid di sebelah kiri. Nah, Delusi Stockroom
tepat disamping kiri masjid itu. Sekitar 200m dari lampu merah.
Saya sempat malu-malu karena
banyak lelaki yang nongkrong didepannya. Tapi, karena rasa penasaran yang
tinggi, saya nyelonong masuk saja ke tempat itu. Akhirnya sang pemilik bertanya
standar pertanyaan penjual pada umumnya,”Cari apa ki'?” Saya hanya tersenyum dan
bilang hanya ingin melihat-lihat saja soalnya penasaran dengan cerita teman.
Lama kelamaan kami cerita panjang lebar, saya bilang kalau tempat ini
diceritakan oleh Ekbess. Rupanya si Ekbess baru saja meninggalkan tempat itu
sekitar 15 menit sebelum kedatangan saya. Mungkin kami belum jodoh bersua.
Delusi Stockroom ini dimiliki
oleh Fajri dan sudah berdiri selama tiga bulan. Dia menjual kaos-kaos hasil
sablonannya sendiri. Buku-buku jualannya kebanyakan tidak tersedia di
Gramedia. Jadi, Delusi ini bisa jadi salah satu referensi toko buku alternatif
di Makassar. Fajri mengaku memesan buku-bukunya dari luar Makassar. Banyak juga
kawannya yang menitipkan barang-barang jualannya, seperti tas atau purse handmade, termasuk craft milik
Ekbess. Dia juga memajang media-media alternatif tapi sebagai bahan bacaan,
bukan jualan. Semacam zine Penahitam dan Kontinum. Lelaki gondrong itu
bercerita bahwa stock
barang-barangnya masih sedikit namun orang bisa memesan sesuai keingininan. Jika ingin tahu lebih banyak tentang toko ini, bisa di cek di Facebook Fanpage Delusi Stockroom. Semoga
sukses terus ya!
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 komentar:
Posting Komentar